Beranda KOMISI-KOMISI KEPEMUDAAN IYD 2016: Datang sebagai Air, Pulang sebagai Anggur

IYD 2016: Datang sebagai Air, Pulang sebagai Anggur

Ketua Komisi Kepemudaan KWI, Mgr. Pius Riana Prabdi dan Uskup Manado, Mgr. Joseph Suwatan ketika memberikan press conference yang berlangsung di Media Center IYD Manado

MANADO, MIRIFICA NEWS Indonesian Youth Day (IYD) 2016 saat ini sedang berlangsung di Manado. Sejak dilangsungkan dari 1 Oktober lalu, dan akan berakhir pada 6 Oktober nanti,  perhelatan akbar rohani Orang Muda Katolik (OMK) Indonesia ini dihadiri oleh 2.386 peserta dari 37 Keuskupan di seluruh Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Komisi Kepemudaan KWI bekerja sama dengan keuskupan Manado.

Dari sejarahnya, IYD pertama diselanggarakan pada tahun 2012 di 3 keuskupan yakni Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang dan Keuskupan Agung Pontianak, Kalimantan Barat. Berdasarkan perhitungan 5 tahunan, IYD seharusnya baru akan dilaksanakan tahun 2017, tetapi kemudian KWI memutuskan IYD kedua dimajukan ke tahun 2016. Alasannya adalah pada tahun 2017 akan ada perayaan Asian Youth Day 2017 di Semarang, Jawa Tengah.

Tema perayaan IYD 2016 di Manado ada;ah “Orang Muda Katolik Sukacita Injil di Tengah Masyarakat Indonesia yang Majemuk”. Latar belakang tema ini dipilih adalah kenyataan adanya keberagaman Indonesia yang menuntut setiap orang untuk saling membangun pengertian, semangat toleransi dan kesadaran untuk menjalin persaudaraan.

Ketua Komisi Kepemudaan KWI, Monsinyur Pius Riana Prabdi mengatakan IYD 2016 merupakan ajang bagi OMK Indonesia untuk dapat merayakan perbedaan dan mensyukuri kehidupan.

“Pada masa mendatang, OMK perlu sungguh-sungguh mencintai kehidupan ini, maka mereka diharapkan dapat menghadirkan perjumpaan sebagai hal pokok  dimana  kerja sama dapat dilanjutkan demi pemeliharan kehidupan,” tegas Monsinyur Pius.

Sementara itu, Monsinyur Joseph Suwatan,MSC, Uskup Manado yang bertindak sebagai tuan rumah IYD mengatakan masyarakat Manado itu sangat terbuka dengan setiap orang yang datang dari luar Manado.

“Mari jo ke Manado, torang samua basudara, kata Monsinyur Suwatan dalam dialek Manado. Artinya Mari ke Manado karena kita semua bersaudara. Monsinyur Suwatan juga mengatakan kalau awalnya IYD mau digabungkan dengan Asian Youth Day, tetapi hal itu tidak jadi karena IYD punya kekhasan dan tujuan tersendiri. Sesuai dengan arahan apostolik Evangeli Gaudium dari Paus Fransiskus, terdapat permenungan abad ke-21 dalam konteks Indonesia. Akhirnya diputuskan IYD 2016 dilaksanakan di Manado, ujar Monsinyur Suwatan,MSC.

Pastor John Montolu, Ketua Panitia IYD 2016 mengungkapkan harapannya agar perayaan ini mampu membangkitkan kesadaran orang muda Katolik untuk lebih mencintai Gereja dan terlebih memahami pesan IYD 2016, yakni kegembiraan dan penghargaan terhadap perbedaan. Ia juga mengharapkan sepulang dari perayaan IYD, OMK Indonesia dapat melakukan aksi nyata di dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat di mana mereka berada.

Pastor John juga menjelaskan berbagai kegiatan IYD yang diadakan selam seminggu  itu. Pertama, peserta di bagi ke rumah-rumah umat yang tersebar di berbagai paroki di Keuskupan Manado. Di sana OMK Indonesia tinggal bersama penduduk selama 3 hingga 4 hari. Kegiatan live-in dimulai dari tanggal 1 Oktober dan akan berakhir pada tanggal 4 Oktober. Peserta live in tidak hanya tinggal di keluarga Katolik saja tapi ada juga yang live-in di keluarga non-Katolik baik Protestan maupun Muslim.

“Biar orang muda bisa mengalami suka duka hidup keluarga dan pada akhirnya bisa mengalami ‘mukjizat di Kana. Datang sebagai air dan pulang sebagai anggur” jelas Pastor John.

Kedua, pda tanggal 4-6 Oktober, seluruh peserta berkumpul bersama di Manado untuk merayakan ibadat, mengikuti berbagai pengajaran dari para Uskup dan berdiskudi bersama dan akhirnya akan ditutup dengan malam budaya persembahan OMK dari berbagai wilayah di Indonesia.

Berbagi Kisah

adma-risma-rante-bone-peserta-omk-asal-keuskupan-agung-samarinda-membagikan-kisah-live-innya-di-iyd-2016
Adma Risma Rante Bone, omk asal keuskupan-Agung Samarinda membagikan kisah live-innya di IYD 2016

Ketika dimintai waktu untuk membawakan sharing pengalaman setelah  dua hari menjalani live-in bersama keluarga angkat, Adma Risma Rante Bone, seorang peserta live-in asal keuskupan Agung Samarinda merasa bersyukur atas anugerah kebersamaan yang boleh dialaminya di IYD 2016.

“Di IYD kami bisa mengalami kebersamaan lebih bersama para pastor, suster, teman-teman dari berbagai daerah di Indonesia serta keluarga dan masyarakat di Sulawesi Utara,” kata Risma.

Risma mengaku baru pertama kali ia melihat Manado, tetapi ia punya kesan positif dengan umat Katolik di kota Manado.

“Meski tinggal saling berjauhan di lingkungan live-in, umat di lingkungan kami begitu bersemangat untuk datang dan mengikuti ibadat rosario di wilayah rohani,” ujarnya.