Home Jendela Alkitab Harian Jumat, 13 Juni: Tuhan Menyelenggarakan Hidup Ini, Peringatan St. Antonius dari Padua

Jumat, 13 Juni: Tuhan Menyelenggarakan Hidup Ini, Peringatan St. Antonius dari Padua

SEMASA hidupnya, Beata Teresa dari Calcutta harus beberapa kali tinggal di rumah sakit karena jantungnya bermasalah. Suatu hari di tahun 1986, seorang wartawan mengajukan pertanyaan nakal kepadanya, “Ibu, apakah Ibu takut mati?” Ibu Teresa menatap mata sang wartawan sesaat, lalu bertanya, “Di mana engkau tinggal?”

“Di Milan.”

“Kapan engkau berencana pulang?”

“Kuharap malam ini, agar Sabtu besok dapat aku lewatkan bersama keluargaku.”

“Bagus, bagus,” kata Ibu Teresa. “Ya, begitulah. Aku pun akan sama gembiranya denganmu jika aku bisa mengatakan bahwa malam ini aku akan mati. Dengan kematian, aku akan pulang. Aku akan pergi ke surga dan berjumpa dengan Yesus, kepada siapa aku telah membaktikan diriku. Dengan menjadi seorang biarawati, aku menjadi pengantin-Nya. Aku mengenakan cincin di jariku, layaknya seorang wanita yang bersuami. Ah, ya, aku kawin dengan Yesus. Segala yang kulakukan di dunia ini aku lakukan demi kasihku kepada-Nya. Karenanya, mati berarti pulang ke rumah, kepada Mempelaiku. Terlebih lagi, di surga aku akan bertemu dengan orang-orang yang kukasihi.”

Menerawang jauh, seolah mengenang kembali karya-karyanya selama ini, Ibu Teresa melanjutkan, “Ribuan orang meninggal dalam pelukanku. Hingga sekarang, sudah lebih dari 40 tahun aku membaktikan hidupku bagi mereka yang sakit dan mereka yang sekarat. Para susterku dan aku membawa mereka dari jalanan ke wisma-wisma kami dan membantu mereka untuk dapat meninggal dalam ketenangan. Banyak dari antara mereka yang meninggal dalam pelukanku, sementara aku tersenyum kepada mereka dan mengusap dahi mereka yang gemetar. Dalam saat-saat yang sulit itu, terjalinlah kasih di antara kami. Siapa tahu, sambutan yang bagaimanakah yang akan mereka berikan kepadaku apabila mereka melihatku nanti?”

Santo Antonius Padua emailDengan wajah penuh sukacita Ibu Teresa mengakhiri jawabannya, “Karena itu, terhadap pertanyaan tadi, aku menjawab, bagaimana mungkin aku takut menghadapi kematian? Aku merindukannya! Aku menantikannya, karena akhirnya aku diizinkan pulang.”

Kematian itu bagian dari hidup manusia atau makhluk yang hidup. Setiap makhluk hidup pasti mengalami kematian. Namun sering manusia takut mati. Orang kurang begitu rela kalau dia mesti meninggalkan dunia dan orang-orang yang dicintainya.

Kisah Ibu Teresa dari Kalkuta memberi kita penerangan bahwa orang yang beriman itu mesti berani menghadapi kematian. Orang beriman mesti memiliki kekuatan untuk menyerahkan seluruh hidupnya ke dalam tangan Tuhan. Biarlah Tuhan yang menyelenggarakan hidup ini.

Untuk itu, orang beriman mesti punya keyakinan yang teguh akan penyelenggaraan Tuhan. Orang beriman juga tidak boleh merencanakan kematiannya. Ini yang namanya mendahului Tuhan. Orang beriman mesti memberikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Mari kita berusaha untuk setia kepada Tuhan. Kita tetap teguh beriman kepada-Nya, karena kita akan mengalami kebahagiaan abadi di surga. Kita akan menemukan damai bersama Tuhan. Tuhan memberkati.