Beranda SEPUTAR VATIKAN Urbi KBKK Menaruh Harapan di Sumba

KBKK Menaruh Harapan di Sumba

KALI kedua tim Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) berkunjung ke Tanah Sumba. Kali ini misi kelompok ini berbeda dengan yang pernah dijalankan sebelumnya.

Jika tahun 2013 lalu saat Masa Prapaska KBKK melakukan pelayanan besar di Keuskupan Weetebula dengan melibatkan kurang lebih 20 anggotanya. Tidak demikian pada misi kali ini.

Kedatangan KBKK kali ini adalah atas undangan Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI Romo Kamilus Pantus untuk dokter Irene Setiadi agar mengisi sesi seminar tentang menjaga kesehatan jantung dan bahaya laten narkoba dalam rangka Pekan Komunikasi Sosial sedunia ke-48 di Keuskupan Weetebula, Sumba, Nusa Tenggara Timur.

Tentu kesempatan sepekan, dari 26 Mei hingga 1 Juni ini tidak akan disia-siakan. Setelah sejenak merenung dan berdoa, ke-8 anggota lain diajak dr. Irene Setiadi. Dan mereka memutuskan untuk menjalankan misi mengunjungi panti asuhan dan seminari. Karya konkret dalam pelayanan ini adalah dengan memberi bantuan langsung bagi panti asuhan di sekitar wilayah Weetebula dan Waikabubak serta seminari menengah dan atas.

Bantuan yang diberikan berupa bahan makanan seperti beras, gula dan bahan kebutuhan lainnya seperti sabun, pasta gigi, dan lain-lain. Beberapa sumbangan lainnya seperti ratusan pasang sepatu sandal dan 400 t-shirt sedang dalam perjalanan menuju Weetebula, karena dikirim melalui kapal laut.

Meski tidak seperti biasanya, dalam setiap karya pelayanan, KBKK selalu menjalankan 3 pilar pelayanan, yakni menjalankan layanan medis massal, pelayanan bagi anak dan remaja, dan pemberian bantuan langsung.

Pelayanan kesehatan biasanya meliputi, layanan medis massal, check-up kesehatan untuk romo, biarawan dan biarawati dan kegiatan seminar.

Pelayanan anak dan remaja meliputi, animasi misioner, kunjungan panti asuhan, dan kunjungan ke sekolah-sekolah untuk seminar tentang seksualitas, dan narkoba.

“Tiga pilar ini adalah pakem. Meski bentuk bantuan bermacam-macam namun misi KBKK selalu berlandaskan pada tiga pilar ini” jelas ketua dan pendiri KBKK dr. Irene Setiadi.

Khawatir dengan kesehatan para Romo
Satu hal yang menjadi keprihatinan dalam misi di Sumba ini adalah tentang kesehatan para pastor, biarawan dan biarawati. Dalam satu kali sesi seminar, rupanya tidak banyak para pastor, biarawan dan biarawati yang menyempatkan hadir.

Di kesempatan lain, keprihatinan ini terbukti jelas. Saat tim KBKK memberi kesempatan para pemimpin umat ini untuk melakukan cek kesehatan gratis meliputi tekanan darah, kolesterol, kadar gula darah dan asam urat, tidak banyak yang menghadirinya. Hanya 20 orang yang datang.

Tentu ibu tiga anak ini merasa prihatin. Apalagi banyak juga romo yang meninggal akibat serangan Jantung. “Ada banyak romo yang tidak mengerti tetang kesehatan dan akhir-akhir ini ada banyak romo muda yang jabatan dan karirnya baik mesti meninggal akibat serangan jantung.”

Pekan Komunikasi sosial sedunia ke-48 di Sumba kali ini diisi dengan berbagai kegiatan yang menyebar di berbagai dekenat di Keuskupan Weetebula, antara lain debat antar pelajar SMA, lomba tari dan vokal grup, seminar dampak media komunikasi dan bahaya narkoba, serta seminar kesehatan jantung, lomba menggambar dan bercerita, juga napak tilas sejarah Gereja Katolik Sumba.

Keterangan Foto : Tim KBKK bersama para peserta napak tilas 125 Gereja Katolik di Sumba/ Foto: Dio Bowo – Sesawi.Net