Home BERITA Kita Punya 5 Orang Kudus Baru

Kita Punya 5 Orang Kudus Baru

Dok: Vaticannews.va
Dok: Vaticannews.va

MIRIFICA.NET – Kardinal John Henry Neuman, Suster Giuseppina Vannini, Mariam Thresa Chiramel Mankidiyan, Suster Dulce Lopes Pontes dan Margarita Bays, dikanonisasi Gereja dalam Perayaan Ekaristi yang dipimpin Paus Fransiskus, di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Minggu, 13 Oktober 2019. Di hadapan 50 ribu-an umat yang hadir, Paus menyatakan bahwa orang-orang suci ini adalah cahaya yang baik (murah hati/ramah) (“Luci Gentili”) di tengah-tengah Kegelapan dunia. Mereka berjalan di jalan iman, mengatasi segala cobaan yang sulit, memberi diri dalam hidup doa dan membantu sesama yang paling membutuhkan, sambil sepanjang hidupnya mencari kebenaran yaitu Yesus sendiri. Paus yang baru saja mengangkat 13 kardinal baru ini, mengungkapkan bahwa kelima orang kudus ini menjelaskan wajah gereja yang mampu hidup di wilayah pinggiran eksistensial dunia; Gereja yang dialami sebagai rumah sederhana dan gereja suci dalam hidup sehari-hari.

Dalam kotbahnya Paus merenungkan Injil Lukas tentang sepuluh orang kusta dan menggaris bawahi 3 tindakan penting dari tokoh orang kusta dalam kitab suci yaitu: berseru, berjalan dan berterima kasih.

Berseru

Orang-orang kusta berseru kepada Yesus karena penyakit yang diderita dan karena mereka terkucil-terbuang. Mereka tidak membiarkan diri tidak berdaya karena dijauhi masyarakat. Mereka berseru kepada Tuhan yang tidak mengucilkan siapapun. Jarak diperpendek, kesepian diatasi, bukan dengan mendekat pada diri sendiri, tetapi dengan berseru kepada Tuhan, yang “mendengar seruan orang-orang yang kesepian”. Kita juga perlu disembuhkan, lanjut Paus Fransiskus: “disembuhkan dari ketidakpercayaan pada diri sendiri, dalam hidup saat ini, di masa depan; disembuhkan dari ketakutan dan kejahatan yang memperbudak kita, dari introversi (perhatian hanya pada diri sendiri terus-menerus),  juga dari kecanduan dan keterikatan kita pada game, uang, televisi, ponsel, dan dengan apa yang dipikirkan orang lain”. “Tuhan membebaskan dan menyembuhkan hati kita bahkan hanya dengan berseru kepadaNya” kata Paus Fransiskus. Orang-orang kusta memanggil Yesus dengan namaNya, sebuah nama yang berarti “Allah menyelamatkan”. Memanggil seseorang dengan namanya adalah sebuah tanda kepercayaan. Paus mengingatkan: “begitulah iman tumbuh, melalui doa yang penuh kepercayaan; “Doa adalah Pintu Iman; Doa adalah obat untuk hati”

Berjalan

Tahap kedua dari iman adalah “berjalan”, lanjut Paus Francis. “Orang-orang kusta tidak disembuhkan ketika mereka sedang berdiri di hadapan Yesus”, mereka sembuh ketika sedang berjalan “menanjak” menuju Yerusalem. Penyucian itu terjadi dalam perjalanan kehidupan. “Iman menjadi sebuah seruan untuk berjalan ‘keluar’ dari diri sendiri,” meninggalkan “kepastian yang menghibur” dan “pelabuhan yang aman”. Iman bertumbuh dengan memberi diri dan dengan mengambil risiko. “Iman berkembang dengan langkah-langkah yang sederhana dan praktis”. Paus menekankan bagaimana orang-orang kusta “bergerak bersama”. “Iman berarti berjalan Bersama, tidak pernah sendirian”. Namun, ketika disembuhkan, sembilan penderita kusta pergi, hanya satu kembali berterimakasih. Karena itu Yesus bertanya “Sembilan yang lain, di mana?”, seolah berharap supaya satu yang kembali juga bertanggungjawab atas Sembilan yang lain. Kita juga dipanggil untuk memberi perhatian pada  “mereka yang berhenti berjalan; mereka yang tersesat”. “Kita dipanggil untuk menjadi penjaga saudara dan saudari kita yang jauh”.

Berterima Kasih

Bagi Paus berterimakasih adalah langkah terakhir. “Hanya pada orang yang berterimakasih  Yesus berkata: ‘Imanmu telah menyelamatkan engkau'”. Tujuan akhirnya bukanlah kesehatan atau kesejahteraan, tetapi perjumpaan dengan Yesus. “Hanya Dialah yang membebaskan kita dari kejahatan dan menyembuhkan hati kita”, hanya Dialah yang “dapat membuat hidup penuh dan indah”. “Puncak dari perjalanan iman adalah menjalani hidup yang terus bersyukur. “Bersyukur bukan soal perilaku atau etiket yang baik, tetapi soal iman,”. “Hati penuh syukur akan tetap muda”. Paus mengingatkan kita untuk mengucap terima kasih. “Terima Kasih adalah kata-kata yang sangat sederhana tetapi efektif untuk segalanya”. Kata Paus Fransiskus.

Sesudah refleksi atas Sabda Tuhan Paus Fransiskus memberi kesaksian tentang orang-orang kudus yang dikanonisasi. 3 orang wanita dari kaum religius (suster) Paus mengatakan: “hidup yang dikuduskan adalah perjalanan cinta ke pinggiran yang eksistensial”. Sementara itu seorang wanita lain yang berasal dari kalangan kaum awam, seorang penjahit bernama Marguerite Bays, Paus Fransiskus mengungkapan betapa wanita ini “berbicara kepada kita tentang kekuatan doa yang sederhana, kesabaran yang bertahan lama dan pemberian diri secara diam-diam”: melalui hal-hal ini Tuhan menghidupkan kembali kemegahan Paskah dalam dirinya.

Akhirnya Bapa Suci Paus mengutip kata-kata Kardinal Newman yang berbicara tentang kesucian dalam hidup sehari-hari, tentang damai yang mendalam, diam dan tersembunyi dari orang-orang Kristen: “Orang Kristen memiliki kedamaian yang dalam, sunyi, dan tersembunyi, yang tidak dilihat oleh dunia… Orang Kristen itu ceria, mudah, baik hati, lembut, sopan, jujur, sederhana; dan tidak berpura-pura…Orang Kristiani itu tidak banyak menunjukkan sikap yang tidak biasa atau mencolok sehingga dengan gampang, pada pandangan pertama mungkin diambil untuk seorang manusia biasa”.

5 orang kudus baru menjadi cahaya bagi kesuraman dunia. Mari kitapun berjuang supaya boleh menjadi cahaya bagi lingkungan hidup kita masing-masing. (po’)

Sumber: vaticannews.va  Artikel 1Artikel 2