Beranda KWI Lebih Dekat dengan Uskup Bandung: Mgr. Dr. Antonius Subianto Bunyamin OSC

Lebih Dekat dengan Uskup Bandung: Mgr. Dr. Antonius Subianto Bunyamin OSC

USKUP Bandung yang baru, Mgr. Antonius Subianto Bunyamin OSC lahir di Bandung, 14 Februari 1968, masuk Ordo Salib Suci (OSC) dan mengucapkan kaul kekal tanggal 28 Agustus 1994; menerima tahbisan imamat di Bandung tanggal 26 Juni 1996.

Mgr. Anton dibesarkan di Paroki St. Odilia Cicadas, Bandung, dan sempat aktif menjadi misdinar dan anggota Legio Mariae di paroki hingga kemudian meneruskan studi di Seminari Menengah Mertoyudan di Magelang. Di Mertoyudan ia dikenal cerdas dan sempat menjadi Ketua OSIS dan itu cukup menunjukkan bakat kepemimpinannya.

Di lingkungan Ordo Salib Suci (OSC), Mgr. Anton praktis selalu dilibatkan sebagai salah satu tokoh dan pemimpin yang banyak memberi warna. Ia diterima dengan baik, disukai, dan diharapkan oleh banyak rekan-rekan OSC untuk memimpin Ordo Salib Suci Provinsi Indonesia.

Dalam satu kesempatan berbincang-bincang, Mgr. Anton menceritakan dengan jelas dan gamblang bagaimana peran OSC di Indonesia yang sangat penting bagi perkembangan OSC di seluruh dunia. OSC Propinsi Sang Kristus saat ini juga berkarya di Keuskupan Agats (Papua), Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Sibolga, dan Keuskupan Agung Medan berharap banyak dari kepemimpinan Mgr. Anton.

Saat ini juga ada anggota OSC dari Indonesia yang berkarya di Roma, Amerika Serikat, dan Brasil.

Terpilihnya Mgr. Anton di satu pihak membawa kegembiraan bagi rekan-rekan OSC di seluruh dunia. Di lain pihak mungkin ada yang merasa sedih. karena sempat memperkirakan dan berharap bahwa Mgr. Anton akan segera dipilih menjadi Magister General OSC yang diharapkan akan memimpin OSC di seluruh dunia.

Sebagai Uskup Bandung, perhatian Mgr. Anton untuk kepentingan OSC tentu tidak bisa sama lagi. Kerja sama OSC dengan Keuskupan Bandung diharapkan akan semakin lancar, mesra, dan berbuah.

Belajar di Leuven dan Roma
Mgr. Anton menyelesaikan studi S1 di Fakultas Filsafat Unpar, S2 di Leuven Belgia dalam bidang filsafat, dan S3 doktor filsafat dari Roma.

Ia selalu dikenal sebagai orang yang cerdas. Homilinya dinilai bagus, lucu, dan menarik. Ia pandai merumuskan kata-kata. Kalau ada konfrater OSC yang meninggal, maka kata sambutan selalu diberikan oleh Mgr. Anton.

Menurut saya, Mgr. Anton bisa menggambarkan dengan baik profil yang bersangkutan dengan tajam, cocok, dan menarik. Di Majalah Melintas ada banyak tulisan Mgr. Anton. Ia masih dosen filsafat di Unpar dan memberikan banyak ceramah dan kuliah di berbagai tempat.

Mgr. Anton lahir, dibesarkan, dan praktis melayani sepenuh waktu di lingkungan Keuskupan Bandung . Ia pernah ditugaskan di Keuskupan Agats yang kemudian memberinya ‘oleh-oleh’ penyakit malaria yang semoga tidak akan banyak mengganggunya. Ia pernah menjadi pastor untuk pelayanan gerejani di lingkungan mahasiswa.

Saya ingat bagaimana Mgr. Anton waktu itu tidak mau memberi bea siswa untuk mahasiswa yang merokok, punya HP (waktu itu masih mahal), dan punya kendaraan pribadi.
Dalam semua musyawarah pastoral Keuskupan Bandung, Mgr. Anton selalu terlibat sebagai anggota Panitia Pengarah dan selalu ikut merumuskan hasil akhir Musyawarah Pastoral.

Berkarya di bidang pendidikan
Ada berbagai rumusan Mgr. Anton yang masih tertulis di buku-buku hasil Musyawarah Pastoral. Entah mengapa Mgr. Anton tidak pernah menjadi pastor paroki. Barangkali karena tugas-tugasnya yang sudah cukup berat di lingkungan OSC, Yayasan Salib Suci, dan Universitas Katolik Parahyangan.

Di Yayasan Salib Suci yang mempunyai 81 unit sekolah di semua paroki dan hampir di semua kota dan kabupaten di wilayah Keuskupan Bandung, Mgr. Anton masih menjadi sekretaris yayasan dan direktur eksekutif yang pasti harus ditinggalkannya.

Sebagai Uskup Bandung, Mgr. Anton otomatis akan menjadi Ketua Pembina Yayasan Salib Suci. Sebagai Uskup Bandung. Beliau juga otomatis akan menjadi Ketua Pembina Yayasan Mardiwijana dan Satya Winaya yang mengurus Sekolah Aloysius dan Ketua Pembina Yayasan Melania yang mengurus sekolah dan lembaga lain di Melania.

Semua lembaga pendidikan tersebut mengharapkan kepemimpinan Mgr. Anton sebagai Uskup Bandung agar menjadi lembaga pendidikan yang mewartakan kabar gembira, unggul, dan lebih berpihak kepada yang miskin.

Di lingkungan Universitas Katolik Parahyangan, Mgr. Anton aktif sebagai dosen tetap Fakultas Filsafat. Ia pernah memimpin Pusat Kajian Humaniora Unpar (sekarang Lembaga Pengembangan Humaniora Unpar) yang mengurusi kuliah MKDU untuk semua fakultas dan merintis berbagai bentuk gladi pembinaan bagi mahasiswa.

Di Yayasan Unpar, Mgr. Anton pernah menjadi sekretaris pengurus, anggota pembina sebagai Provinsial OSC, dan sebagai Uskup Bandung otomatis akan menjadi Ketua Pembina Yayasan Unpar.

Mgr. Anton juga masih menjadi anggota Badan Pengurus APTIK dan aktif mengikuti berbagai kegiatan APTIK yang barangkali akan berubah dengan terpilihnya sebagai Uskup Bandung.

Unpar sebagai universitas Katolik tertua di Indonesia ditantang untuk mengembangkan diri menjadi perguruan tinggi yang sesuai cita-cita pendiri alm. Mgr. Geise OFM dan alm. Mgr. Artnz OSC agar menjadi agen transformasi masyarakat dengan menjadi perguruan tinggi yang berkualitas sesuai visi Unpar menjadi komunitas akademik humanum. Sebuah perguruan tinggi yang bersemangat kasih dalam kebenaran untuk mengembangkan potensi lokal menuju tataran internasional demi peningkatan martabat manusia dan keutuhan alam ciptaan, berdasarkan sesanti Bakuning Hyang Mrih Guna Santyaya Bhakti.

Pastor Anton OSC --kini Mgr. Antonius Subianto Bunyamin OSC-- yang diangkat menjadi Uskup Bandung oleh Paus Fransiskus, hari Selasa tanggal 3 Juni 2014. (Dok. Andreas Baharianto)
Bersama rekan OSC: Pastor Anton OSC –kini Mgr. Antonius Subianto Bunyamin OSC– diangkat menjadi Uskup Bandung oleh Paus Fransiskus, hari Selasa tanggal 3 Juni 2014. Mgr. Anton OSC berfoto bersama Pastor Adi OSC. (Dok. Andreas Baharianto)

Tantangan Keuskupan Bandung saat ini yang juga sangat penting adalah bagaimana menjadi bagian dari masyarakat Jawa Barat. Jumlah umat katolik tidak sampai seratus ribu jiwa. Peran dalam berbagai bidang masyarakat, misalnya politik, ekonomi, kebudayaan, lingkungan hidup, sosial, hukum, dll masih terbatas.

Belum banyak tokoh Katolik yang dikenal kontribusinya bagi masyarakat. Peran Gereja Katolik bagi dan bersama masyarakat belum sungguh terasa dan nampak.
Selanjutnya mari kita ucapkan terima kasih untuk Mgr. Johannes Pujasumarta Pr yang dengan menjadi Uskup Bandung sempat membawa banyak hal positif dan memberi dasar untuk perkembangan Keuskupan Bandung.

Terima kasih juga untuk Mgr. Ignatius Suharyo Pr yang sudah bersedia memimpin Keuskupan Bandung di tengah banyak tanggungjawab beliau yang sangat banyak. Terbayang bagaimana Mgr. Suharyo rela bolak balik Jakarta-Bandung dan sungguh ikut memikirkan perkembangan Keuskupan Bandung.

Terima kasih untuk Romo aulus Wirasmohadi Soeryo yang bertahun-tahun praktis membantu kedua bapak uskup tersebut untuk ikut memimpin Keuskupan Bandung sebagai Vikaris Jenderal. Terbayang banyak waktu dihabiskan untuk kesana kemari, bicara dengan banyak kedua monsinyur, dan sungguh memikirkan Keuskupan Bandung.

Mari kita doakan agar Gereja Keuskupan Bandung khususnya semakin berkembang sesuai visinya menjadi komunitas yang hidup, mengakar, mekar, dan berbuah bersama masyarakat Jawa Barat.

Dengan demikian, komitmen Gereja Katolik Keuskupan Bandung ialah bersama komunitas-komunitas lain lintas agama, ras, suku, dan bahasa yang hadir di Jawa Barat membangun suatu masyarakat yang bermartabat dan manusiawi. Dilandasi oleh kemurahan hati dan kerelaan berbagi, Gereja Katolik Keuskupan Bandung hendak berperan aktif dalam peningkatan kesejahteraan material dan spiritual masyarakat.

Mohon doa juga dari para bapak uskup almarhum seperti Mgr. Goumans OSC, Mgr. PM Artnz OSC, dan Mgr. Alexander Djajasiswaja Pr dan para sesepuh Keuskupan Bandung yang sudah mendahului kita semua.

Maka selamat untuk Mgr. Anton yang bersedia memikul tanggung jawab yang besar sebagai Uskup Bandung. Kita doakan dan kita dukung. Selamat bekerja dan melayani Mgr. Anton. Modal kecerdasan, kepemimpinan, sifat supel dan mudah bergaul, kegembiraan, mau mendengarkan, keterlibatan dalam sejarah keuskupan, dan banyak karakter dan potensi lainnya akan menyuburkan perkembangan Keuskupan Bandung di tengah masyarakat Jawa Barat. GBU. Amin.

Photo credit: Uskup Diosis Bandung yang baru Mgr. Dr. Antonius Subianto Bunyamin OSC (Dok. Lingkaran internal sahabat OSC/Sesawi.Net/Andreas Baharianto)

Tautan: