Beranda ESSAY Memaknai Hari Pangan Sedunia di Masa Pandemi

Memaknai Hari Pangan Sedunia di Masa Pandemi

Bahan Pangan, Berbagi Anak Bangsa, Berkebun, berkebun dirumah, tanaman, Covid – 19, Lawan Covid-19, gereja Katolik Indonesia, Hari pangan Sedunia, hasil bumi, Indonesia, Jaga jarak, katekese, l, pewartaan, katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, Masyarakat Mandiri, pangan lokal, Saling Peduli, stay at home, dirumah aja, Gerakan Solidaritas

MMIRIFICA.NET – Pandemi covid-19 yang terjadi sekarang ini sangat mengguncang realitas hidup manusia. Kehidupan manusia mengalami krisis terutama dalam hidup kesehatan dan hidup perekonomian. Dalam situasi krisis seperti ini, pangan merupakan salah satu penopang yang penting karena pangan adalah kebutuhan yang sangat dasar bagi kehidupan manusia.

Terlebih pada saat pandemi covid-19 ini asupan makanan untuk stamina dan ketahanan tubuh sangat dibutuhkan. Maka ketersediaan pangan untuk setiap orang menjadi sebuah keniscayaan dalam hidup.

Pangan di masa pandemi

Presiden sekaligus proklamator Indonesia, Ir. Soekarno pernah berpesan bahwa pangan merupakan hidup matinya suatu bangsa. Apabila kebutuhan pangan rakyat tidak terpenuhi maka malapetaka menimpa bangsa kita. Oleh sebab itu perlu usaha besar-besaran, radikal, dan revolusioner.

Senada dengan pesan Bung Karno, di bulan Oktober ini secara khusus kita akan memberi perhatian khusus pada soal pangan. Mengapa? Karena pada bulan Oktober, kita akan memeringati Hari Pangan Sedunia (HPS), yang jatuh pada tanggal 16 Oktober.

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dalam peringatan HPS tahun 2020 ini, mengajak dan membuat gerakan bersama selama masa “new normal”. Ajakan dan gerakan bersama yang dicanangkan KWI adalah gerakan konsumsi makanan sehat, gerakan menanam dan gerakan berbagi.

Organisasi Pangan Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) menyampaikan adanya ancaman kelangkaan pangan di masa pendemi covid-19. Masalah ketahanan pangan menjadi sangat penting sekaligus rentan bermasalah pada situasi bencana, termasuk bencana wabah penyakit covid-19. Maka, ketahanan pangan mengindikasikan pada ketersediaan akses terhadap sumber makanan sehingga dapat memenuhi kebutusan dasar hidup manusia.

Makanan sehat adalah makanan yang memenuhi kebutuhan nutrisi setiap orang. Komposisinya diantaranya mencakup buah-buahan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan. Makanan yang bernutrisi dan menghasilkan makanan sehat belum dapat diakses oleh banyak orang, terlebih dalam situasi pandemi saat ini.

Kondisi pandemi covid-19 ini, bisa menjadi saat  yang tepat bagi kita untuk melakukan refleksi atas lingkungan di sekitar kita dan atas pengolahan pangan dalam hidup kita. Situasi saat ini yang serba susah dapat kita jadikan pelajaran juga bahwa jika kita mampu menjaga bumi dan tidak serakah, serta mengolah pangan dengan bijak maka kita tetap dapat menjaga kelangsungan hidup.

Baca juga: Bangun Kemandirian Pangan Di Tengah Pandemi : “Kebun Keluarga”

Ayo Menanam!

Dalam rangka HPS tahun 2020, Paroki Santo Paulus Kleca Surakarta melalui tim kerja Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) telah merencanakan pembagian bibit tanaman sayur sejumlah 20.000 bibit. Sebelum kegiatan pembagian bibit sayur, tim PSE paroki melakukan edukasi dan sosialisasi tentang HPS dan ketahanan pangan melalui pembelajaran online. Dalam pembelajaran tersebut juga disampaikan pengajaran tentang perawatan tanaman sayur dan mengolah lahan sekitar rumah.

Tujuan program pembagian bibit untuk memberikan edukasi kepada seluruh umat dalam memenuhi kebutuhan pangan dari rumah masing-masing. Pemberian bibit sayuran ini juga untuk meningkatkan ketahanan pangan umat, terlebih lagi di situasi pandemi covid-19. Bibit sayuran yang rencana diserahkan berupa bibit tanaman cabai, terong, tomat, seledri, dan kol.  Bibit sayur tersebut dibagikan kepada 51 lingkungan melalui para ketua lingkungan.

“Dengan terlaksananya program pembagian bibit sayuran ini, tim PSE berharap bibit yang diberikan bisa tumbuh dengan baik dan bisa bermanfaat bagi umat. Terlebih nanti dapat memenuhi kebutuhan sayuran keluarga dan memperkuat ketahanan pangan umat di situasi pandemi seperti saat ini”, kata Novi Hapsari, aktivis PSE Paroki Kleca dan Kevikepan Surakarta.

Program pembagian bibit sayur di Paroki Kleca pun sejalan dengan salah satu gerakan yang dicanangkan oleh KWI dalam rangka HPS 2020 yaitu “ayo menanam”. Bercocok tanam sangat memungkinkan ketika kita dipaksa tinggal di rumah karena covid-19. Kegiatan bercocok tanam juga memiliki dampak ekologis, yakni mendekatkan dan menyadarkan diri kita pada bumi atau lingkungan hidup sebagai sumber dan anugerah Tuhan yang telah diberikan kepada kita.

Menghadirkan solidaritas

Pandemi covid-19 memaksa kita untuk banyak tinggal dan beraktivitas di rumah dan sekitar rumah. Walaupun kita hidup di tengah-tengah pandemi covid-19 ini, dan melihat banyak orang berkesusahan, mestinya kita juga tergerak “keluar” dari rumah yang nyaman untuk berbagi dan peduli di saat pandemi. Inilah salah satu tantangan dan sekaligus panggilan perutusan untuk lebih memaknai gerakan HPS 2020 dalam hidup beriman.

Gerakan HPS 2020 Gereja Katolik adalah membangun solidaritas dan berbagi pangan khususnya kepada saudara-saudari yang miskin, kelaparan, dan kekurangan gizi. Paroki Kleca juga telah rutin membangun bentuk solidaritas tersebut sebagai wujud gerakan HPS tahun ini. Selama pandemi ini, beberapa lingkungan di Paroki Kleca membentuk lumbung sehat.

Di Lingkungan St. Yusuf Kerten dan St. Maria Fatima Sumber, semua umat bisa mengumpulkan bahan sembako ke lumbung lingkungan. Umat tidak perlu harus menyumbang banyak. Ada yang membawa 1 kilo beras, 1 liter minyak atau 5 butir telur.  Setelah terkumpul banyak di lumbung lalu disalurkan kepada umat atau masyarakat yang membutuhkan khususnya yang terkena dampak covid-19.

Demikian pula di Lingkungan Santa Maria Regina (Sanmare). Bahkan, sebelum datangnya pandemi covid-19, umat Sanmare sudah mempunyai tradisi berbagi. Setiap pertemuan lingkungan, umat selalu datang membawa sembako. Ada yang membawa gula sekilo, indomie, beras, minyak, dan lain-lain. Setelah terkumpul cukup banyak, baru mereka secara sukarela dan gotong-royong membagikan kepada masyarakat sekitar tempat tinggal, khususnya yang berpenghasilan rendah seperti penarik becak, buruh pasar, buruh cuci, penambal ban, dan lain-lain.

Tentu saja gerakan-gerakan ‘kecil’ dan sederhana dari umat di Paroki Kleca merupakan salah satu perwujudan gerakan HPS tahun ini, yakni membangun solidaritas. Rasa solidaritas itu menghadirkan sikap dasar setiap pribadi sebagai makhluk sosial yang memiliki martabat yang sama sebagai ciptaan Allah.

Solidaritas umat di lingkungan Paroki Kleca tentu saja disemangati oleh Injil. Ketika Yesus melihat orang-orang letih dan tertekan, Dia merasakan belarasa yang mendalam (bdk. Mat.9:36). Yesus mempunyai hati yang tergerak oleh belaskasih. Oleh karena itu, Yesus meminta kepada para murid untuk memberi makan bagi orang banyak yang mengikuti-Nya karena mereka lelah dan kelaparan (Mrk. 6:37).

Kini permintaan Yesus yang sama ditujukan kepada kita, untuk berbagi makanan khususnya selama masa sulit ini. Pesan dari lingkungan-lingkungan Paroki Kleca mengingatkan kembali kepada kita akan apa yang dikatakan Yesus kepada para murid dan tentu juga kepada kita semua bahwa ketika kita memberi makan kepada mereka yang kelaparan, kita melakukannya untuk Tuhan sendiri (bdk. Mat. 25:35-40).

Pandemi covid-19 adalah sebuah krisis, namun sebagai umat beriman, kita juga bisa melihat sebagai peluang untuk menghadirkan solidaritas. Pesan dalam gerakan HPS tahun 2020 telah jelas. Pantaslah kita menyambut HPS 2020 di bulan Oktober ini dengan harapan agar Tuhan juga memberkati segala usaha kita dan memberi kemurahan pangan, terlebih di masa-masa sulit ini. Setiap hari, kita ditantang oleh Allah dan oleh kehidupan sendiri untuk bergerak melakukan aksi solidaritas di tengah pandemi ini.

Semoga cerita-cerita ‘berbagi hati’ semacam itu bisa memberikan  inspirasi dan nuansa optimistis yang mencerahkan warna kehidupan manusia sebagai bentuk gerakan memaknai HPS tahun 2020 dalam masa pandemi.

Penulis : Elias Anwar

Inspirasimu: Ensiklik “Fratelli tutti”