Beranda OPINI Editorial Mengenang Satu Tahun Wafat Bapa Suci Yohanes Paulus II

Mengenang Satu Tahun Wafat Bapa Suci Yohanes Paulus II

MENGENANG SETAHUN WAFAT PAUS YOHANES PAULUS II

Tepat hari ini, 2 April, setahun yang lalu Bapa Suci Yohanes Paulus II wafat. Suatu peristiwa sejarah yang masih segar di ingatan dunia. Betapa besar, luas, dan dalamnya liputan media massa seperti CNN, BBC, dan MetroTV di Indonesia, khususnya pada hari-hari akhir hayat beliau.

Kita ingat penampilan beliau yang terakhir dari jendela kamar pribadi; berkat terakhir tanpa kata-kata; menit-menit sekitar wafat beliau, misa kemenangan atas kematian di Piazza St. Petrus yang dihadiri begitu banyak pemimpin dunia. Dunia tunduk merunduk hormat ketika peti jenazah Bapa Suci dipanggul keluar. Peti dari kayu yang sederhana. Betapa kontras! Puncak kehormatan dalam kesederhanaan total. Angin bertiup kencang, hingga Kitab Suci yang ditaruh di atas peti seakan dibaca halaman per halaman. Sampai halaman yang terakhir.

Dunia tetap bertanya-tanya apa yang membuat Paus Yohanes Paulus II begitu mengesankan dunia. Tentu saja ada banyak segi. Orang melihatnya dari sudut pandang masing-masing. CNN dan MetroTV dalam mengenang setahun wafat Paus Yohans Paulus II menayangkan Biografi beliau. Di situ ditekankan betapa besar pengaruh beliau dalam merobohkan rejim tirai besi Russia; betapa besar pengaruhnya pada orang-orang muda, namun sekaligus bagaimana beliau menegakkan ortodoksi dalam Gereja Katolik. Namun bagi orang beriman, hidup, karya, dan teladannya merupakan kesaksian badani dan rohani akan kebenaran iman yang beliau hayati, yang diimani orang beriman: bahwa hidup ini amat berharga; bahwa hidup ini bukan untuk diri kita sendiri; melainkan untuk orang lain; “that life is worth living, because love conquers death.”

Di Pelataran St. Petrus, kota Vatikan, dipimpin Paus Benediktus XVI sendiri diselenggarakan upacara doa mengenang satu tahun wafat Bapa Suci Yohanes Paulus II sebagai ungkapan puji syukur atas hidup dan teladan beliau.

Upacara dimulai jam 8:30 PM dengan lagu-lagu pujian pada Maria Bunda Yesus, dan nukilan dari tulisan-tulisan Karol Wojtyla, begitu panggilan beliau sebelum diangkat menjadi Paus. Kemudian disusul dengan doa rosario yang dipimpin oleh Paus Benediktus XVI sendiri dari jendela kamar pribadinya. Di antara peristiwa-peristiwa yang dikenang dalam doa rosario, dibacakan kutipan-kutipan tulisan Paus Yohanes Paulus II tentang Rosario, Rosarium Virginis Mater (2002).

Tepat pada jam 9:37 PM, detik wafat beliau, Paus Benediktus akan menyapa jemaat yang berkumpul di Pelataran St. Petrus dan memberikan berkat apostoliknya. Demikian menurut FIDES, Roma dan pelbagai sumber Vatikan.