Home KWI Para Jenderal TNI Merapat ke KWI

Para Jenderal TNI Merapat ke KWI

KSAD Jenderal TNI Budiman (kiri) / ANTARA FOTO- Izaac Mulyawan
KSAD Jenderal TNI Budiman (kiri) / ANTARA FOTO- Izaac Mulyawan

Hari ini, sabtu 5 April 2014, KWI kedatangan tamu istimewa. Untuk pertama kali dalam sejarah keberadaan KWI, mendapat kunjungan silahturahmi dari 6 Jenderal dan satu orang Kolonel dari Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia. Mereka hadir dengan berseragam lengkap dan dipimpin langsung oleh KASAD Jenderal Budiman.

Moment yang sangat istimewa ini menjadi ajang komunikasi dan silahturahmi antara dua lembaga yang sama-sama melaya
ni masyarakat manusia dengan metode pelayanan yang berbeda.

Kesempatan Langka

Pertemuan yang dimulai jam 10.30 ini berlangsung di Ruangan Sidang Lantai 2 Gedung KWI di Jalan Cut Meutia 10. Mereka diterima langsung oleh Ketua KWI, Mgr. Ignatius Suharyo. “Selamat datang.  Kami merasa sangat terhormat mendapat kunjungan dari Bapa KASAD dan para jenderal lainnya” demikian ungkapan hati Mgr. Suharyo saat membuka pertemuan ini. Lebih lanjut Monsignur menjelaskan bahwa ini merupakan kesempatan pertama kunjungan KASAD ke lembaga ini dan untuk pertama kali dalam sejarah berdirinya KWI.

Hadir mendampingi Mgr. Suharyo, beberapa kepala KLSD antara lain: RD. Guido Suprapto (Sekretaris Komisi Kerawam), RP. FX. Adisusanto, SJ (Ka Bagian Dokpen), RD. Kamilus Pantus (Sekretaris Komisi Komsos), RD. Sipri Hormat (Sekretaris Komisi Seminari), RD. Agus Ulahayanan (Sekretaris Komisi HAK), RD. Maxi Un Bria (Ka Departemen PSDM-PU-TG) serta utusan ormas katolik antara lain dari Forum Masyarakat Katolik, Wanita Katolik Republik Indonesia dan Ikatan Sarjana Katolik Indonesia.

Mgr. Suharyo menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan lembaga yang dipimpinnya. KWI bukanlah superstuktur dari 37 Keuskupan dan 1 Vikariat Militer di Indonesia. Setiap Keuskupan adalah otonom dan bertanggungjawab langsung dengan pimpinan Gereja Katolik Dunia yang berpusat di Vatikan.

Lebih lanjut Mgr. Suharyo menjelaskan, KWI adalah lembaga koordinasi antar para uskup di Indonesia. Para Uskup akan bersidang sekali setahun. Biasanya ada 3 hari dari 10 hari sidang dikhususkan sebagai hari studi para uskup. Mereka berdiskusi berbagai tema baik yang berkaitan dengan kehidupan beragama juga yang berkaitan dengan bangsa dan negara Republik Indonesia.

“Gereja Katolik Dunia melalui Pemimpin umumnya di Roma, telah mendirikan Vikariat Militer di Indonesia. Lembaga yang didirikan tahun 1949 ini bertujuan untuk melayani kebutuhan rohani anggota militer yang beragama katolik. Dan saya sendiri pernah melayani di lembaga ini”, lanjut uskup Keuskupan Agung Jakarta dan Vikaris Apostolik Keuskupan Bandung.

Modernisasi dan Transformasi

Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, mutlak bagi prajurit TNI memiliki kecerdasan yang unggul baik kecerdasan otak (IQ), kecerdasan Emosional (EQ) maupun kecerdasan yang berkaitan dengan yang spiritual (SQ). Demikian Jendral Budiman menyampaikan optimismenya untuk anggota dari lembaga yang sedang dipimpinnya.

Lebih lanjut Budiman menyampaikan, AD membangun kerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia untuk mengadakan riset yang berhubungan dengan dunia kemiliteran. Dengan demikian, kedepan diharapkan kita mampu memproduksi sendiri peralatan perang yang canggih yang bisa menyaingi perlatan perang dari negara-negara maju di dunia.

Menyinggung soal Pemilu, baik Pemilihan Legislatif maupun Pemipilihan Presiden dan Wakil Presiden, Budiman mengakui bahwa sikap TNI AD sangat jelas, tidak terjebak dalam perebutan kekuasaan maupun politik.

Bersatu kita Teguh

Sebagai KASAD, Jendral Budiman memperkenalkan korps AD dengan lembaga agama, LSM, Media dan menjalin kerjasama dengan semua pihak. Komunikasi dengan pelbagai elemen masyarakat, LSM, media, lembaga agama adalah bentuk keterbukaan TNI AD untuk bisa saling mengenal dan membangun kerjasama.

Kerjasama menjadi begitu penting, ketika kita menyadari panggilan kita sebagai pelayan masyarakat (dalam bahasa agama: umat). Kita semakin kuat, kokoh dan disegani dimata dunia ketika kita bersatu membangun Indonesia yang lebih bermartabat. Umat Katolik Indonesia menyadari sepenuhnya sebagai kelompok minoritas telah, sedang dan akan menjalani hidup dengan prinsip 100% sebagai pemeluk agama Katolik dan 100% sebagai anggota masyarakat Indonesia.

Jakarta, 5 April 2014

RD. Kamilus P.