Home BERITA Pengalaman Mistik Suster Agnes, O.Carm Sebelum Meninggal Dunia

Pengalaman Mistik Suster Agnes, O.Carm Sebelum Meninggal Dunia

Keabadian Kekal, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Palangka Raya, Keuskupan Surabaya, Requiescat In Pace, RIP
Dokpri

MIRIFICA.NET – Kepergian Sr. Maria Agnes Triharti Tirtosoemarta, O.Carm ke pangkuan Bapa di surga pada Minggu 7/6/2020 meninggalkan banyak cerita. Ia menghembuskan napas terakhir di Biara Pertapaan Karmel Tangkiling, Kalimantan Tengah, sebagai seorang Rubiah dan dimakamkan pada hari itu juga.

Misa Reqiuem dipimpin oleh Uskup Palangka Raya, Mgr. AM. Sutrisnaatmaka, MSF didampingi oleh Delegatus Komunitas Karmelites Palangka Raya, Pastor Agustinus Suyadi, O.Carm dan Pastor Paulus Triyuwono, O.Carm. Perayaan Ekaristi dan upacara pemakaman tidak melibatkan banyak orang. Tampak hadir beberapa Imam yang berkarya di Keuskupan Palangka Raya, para Suster anggota Komunitas Biara Pertapaan Karmel St. Joseph Tangkling dan utusan Karmelites awam Palangka Raya.

Dalam homilinya, Uskup Palangka Raya menegaskan teladan iman dan kesetiaannya sebagai seorang Suster Kontemplatif. “Suster Agnes telah menunjukkan teladan iman dan kesetiaan sebagai seorang Biarawati Kontemplatif. Hari-hari dilalui dengan berdoa dan mendoakan banyak orang. Dari tembok Pertapaan, ia terus berdoa, bahkan kini ia masih tetap berdoa untuk kita yang sedang berziarah di dunia ini,” ujar Monsinyur.

Keabadian Kekal, Keuskupan Agung Jakarta,  Keuskupan Palangka Raya, Keuskupan Surabaya, Requiescat In Pace, RIP
Dokpri

Senyum Natur

Pimpinan Komunitas Pertapaan Karmel Tangkiling, Sr. M. Dorothea Yekti Handayani, O.Carm dalam sambutannya memberi kesaksian tentang teladan hidup Suster Agnes dan saat-saat menjelang kematiannya. Dua puluh dua hari ia menemani Suster Agnes di Rumah Sakit.

“Suster Agnes adalah pribadi yang sungguh menjadi anak Allah,” ujar Sr. Dorothea ketika bercerita tentang gambaran diri Suster Agnes.

Di mata umat yang berziarah di tempat ini, lanjut Sr. Dorothea, senyum Suster Agnes menjadi seperti sebuah mukjizat. Senyumnya membawa kebahagiaan. Itulah pengakuan para peziarah Bukit Karmel yang datang menemuinya.

Senyum Suster Agnes adalah menjadi obat bagi orang yang sedang menghadapi masalah. Banyak orang datang kepadanya. Ketika melihat senyumnya, masalah yang ada dalam diri mereka berkurang. “Kata para peziarah, senyum Sr. Agnes itu natur, alamiah,” ucapnya.

Sebagai seorang Pertapa, doa adalah napas hariannya. Hari-hari dilalui dengan mendoakan banyak orang. Doa yang tulus didengarkan Tuhan. Banyak orang berterima kasih karena doa dan permohonan mereka dikabulkan Tuhan.

Darah seni yang mengalir dalam dirinya menjadikan Suster Agnes sebagai seorang yang kreatif. “Kalau tidak ada jalan ke timur, ia bisa ke barat. Kalau tidak bisa ke barat, ia bisa ke utara. Kalau tidak bisa ke utara, ia bisa ke Selatan. Kalau tidak bisa ke timur, barat, utara, selatan, Ia bisa melompat. Itulah gambaran bahwa Suster Agnes memiliki semangat perjuangan dan kreatifitas sebagai seorang pertapa untuk menjalani hidup ini di dalam komunitas Pertapaan,” katanya.

Hal itulah, lanjut Sr. Dorothea, yang membuat ia tetap bertahan dalam penderitaaannya. Ketika berada di Rumah Sakit, tak ada raut kesakitan. Sungguh, ia menyatukan kesakitannya dalam penderitaan Kristus, sehingga ia terbebas dari rasa sakit. Ia bahagia di akhir-ahir perjalanan hidupnya di dunia ini.

“Jika engkau seorang kontemplatif, cintamu menjangkau keluar dunia dan engkau mengangkat semua kesakitan, penderitaan dan kebingungan dunia ke dalam doa dan cintamu,” kata Santa Clara.

Baca juga: Selamat Jalan RD. Agustinus Widodo, RD. Yuventius Ndito Martawi & Suster M Agnes Triharti, O Carm

Pengalaman Mistik; Bertemu Malaikat

Suster Dorothea bercerita. Empat hari sebelum meninggal dunia, Suster Agnes mengisahkan sebuah pengalaman mistik. “Jalan ini masih terang, masih ada lampu. Saya mau ke sana,” katanya memulai kisah. Suster Dorothea bertanya ke mana? Ia menjawab pokoknya mau ke sana. Suster Dorothea membiarkan ia bercerita.

“Jalannya berlorong, tapi masih ada lampu. Ada seorang seperti malaikat. Cantik sekali. Ada sebuah pohon yang bagus sekali. Saya terus berjalan, hingga tidak ada lagi lorong,” Suster Dorothea menyitir kata-kata Sr. Agnes.

“Wah, sekarang malaikatnya bertambah lagi menjadi tiga. Salah satu yang mirip denganmu menitipkan salam,” kata Suster Agnes.

Suster Dorothea yang hendak pergi ke pasar untuk belanja, akhirnya mengurungkan niatnya agar bisa mendengar cerita Suster Agnes. Ia hanya menimpali, ‘Bilang ya, pekerjaan saya masih masih banyak,” katanya.

Tiga orang seperti Malaikat itu berada di depan. Suster Agnes mengikuti para malaikat itu. Kisahnya diakhiri dan Suster Dorothea berpamitan karena harus ke pasar.

Keesokan harinya, Suster Dorothea bertanya kepada Suster Agnes, apakah tiga malaikat itu masih datang lagi? Suster Agnes menjawab, mereka tidak datang. Tiga hari setelahnya, Suster Dorothea bertanya tentang tiga malaikat itu, tapi jawabannya masih sama, mereka tidak datang lagi. Pada hari keempat, Suster Agnes menghembuskan napas terakhir. Malaikat datang dan menjemputnya.

Lorong Hidup Batin

Jalan masih terang. Masih ada lampu di lorong. Dan tiga malaikat telah menjemputnya di ujung lorong. Setelah itu tak ada lagi lorong karena ia telah menuju pangkuan Sang Misteri Ilahi. “Ia berjalan dalam terang ilahi.” Itulah kesimpulan yang dikatakan oleh Suster Dorothea. Lorong hidup telah dilaluinya.

Selama lima puluh tahun, Suster Agnes hidup sebagai seorang Biarawati Rubiah Karmel. Kaul Pertama sebagai Suster Kontemplatif diikrarkannya pada 6 Mei 1970 dan Kaul Kekal pada 06 Juni 1976. Pada 6 Mei 2020 lalu, ia merayakan Pesta Emas sebagai seorang Biarawati.

Hari-hari dilalui dalam keheningan dan doa untuk mencapai persatuan mistik dengan Allah. Hidup seorang mistikus diibaratkan suatu lorong hidup batin yang penuh misteri. Lorong itu menuju Allah yang adalah Misterium tremendum et fascinosum (Ruloph Otto).

Itulah sekelumit pengalaman mistis yang bersumber dari kedalaman hidup rohani Suster Agnes, sebagaimana dialami oleh para mistikus lainnya. Selamat jalan Suster Agnes. Selamat bergabung bersama para Malaikat dan orang Kudus di surga.*

Yoseph Pati Mudaj, MSF