Beranda KATEKESE Ajaran Gereja Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus Untuk Hari Orang Tua dan Lansia Sedunia

Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus Untuk Hari Orang Tua dan Lansia Sedunia

Sabda Tuhan, Minggu Pekan Biasa XVII, Firman Tuhan, Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Paus Fransiskus Untuk Hari Orang Tua dan Lansia Sedunia, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Komisi Keluarga KWI, Komisi Komsos KWI , Umat Katolik, Yesus Juruselamat

“Aku akan menyertaimu senantiasa”

 Para kakek-nenek dan sahabat lansia yang terkasih,

“Aku akan menyertaimu senantiasa” (Matius 28:20) – ini adalah janji dari Tuhan kepada para murid- Nya sebelum Ia naik ke Surga. Inil adalah kata-kata yang yang sama yang Ia ucapkan kepada kalian semua hari ini, para kakek-nenek dan sahabat lansia yang terkasih. “Aku akan menyertaimu senantiasa” juga menjadi kata-kata dari saya, sebagai Uskup Roma dan juga seorang lansia seperti kalian semua, dalam pesan saya kepada kalian semua pada Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia pertama ini. Saat ini Gereja sangat dekat dengan kalian – dengan kita – dan sangat peduli dan mengasihi Anda, dan tidak ingin meninggalkan kalian sendirian!

Saya sangat menyadari bahwa pesan ini sampai kepada kalian pada masa yang sulit: saat pandemi menimpa kita semua seperti badai besar yang datang tiba-tiba; dan ini menjadi masa pencobaan bagi semua orang, tapi terutama bagi kita orang-orang yang berusia lanjut. Banyak di antara kita merasa sakit, ada yang meninggal dunia atau mengalami kematian pasangan atau orang-orang yang dikasihi, dan ada juga yang merasa diri mereka terisolasi dan sendirian untuk masa yang cukup panjang.

Tuhan tentunya menyadari hal yang sedang kita lalui saat ini. Ia sangat dekat pada orang-orang yang merasa tersisihkan dan sendirian, di mana perasaan ini terasa semakin parah dalam masa pandemi ini. Tradisi kita mengajarkan bahwa St. Yoakim, kakek dari Yesus, merasa tersisihkan dari orang-orang di sekitarnya karena ia tidak memiliki anak; ia merasa hidupnya beserta istrinya, Anna, seakan tidak bermakna. Lalu Tuhan pun mengutus seorang malaikat kepadanya dan berkata, “Yoakim, Yoakim, Tuhan telah mendengarkan doa-doamu!” Giotto, dalam salah satu lukisannya yang terkenal, menggambarkan peristiwa tersebut terjadi di malam hari, pada salah satu malam tanpa tidur itu, penuh dengan kenangan, kekuatiran dan kerinduan yang banyak di antara kita telah terbiasa dengan hal ini.

Bahkan pada masa yang paling gelap sekalipun, bahkan pada bulan-bulan pandemi ini, Tuhan terus mengutus malaikat-Nya untuk menghibur kesendirian kita dan untuk mengingatkan kita: “Aku menyertaimu senantiasa”. Allah menyampaikan hal ini kepada kalian semua, dan Ia juga menyampaikannya kepada saya. Inilah arti dari hari ini, di mana saya ingin untuk pertama kalinya merayakannya pada tahun yang istimewa ini, saat masa isolasi yang panjang akan berakhir dan kehidupan sosial kita perlahan-lahan pulih kembali. Semoga setiap kakek, nenek, setiap orang yang lanjut usia, terutama yang paling sendirian saat ini, menerima kunjungan dari malaikat Tuhan!

Ada kalanya para malaikat ini akan mengambil rupa cucu-cucu kita, anggota keluarga kita, sahabat lama, atau mereka yang baru kita kenal pada masa penuh pencobaan ini, saat kita telah belajar pentingnya pelukan dan kunjungan dari setiap orang. Saya menjadi sangat sedih karena mengetahui masih banyak tempat yang masih belum memungkinkan untuk kita bisa melakukan hal ini!

Akan tetapi, Tuhan juga mengutus para pembawa pesan-Nya melalui perkataan-Nya, yang selalu tersedia bagi kita. Marilah membaca satu halaman dari Kitab Suci setiap hari, untuk berdoa dengan Kitab Mazmur, untuk membaca kitab para nabi! Kita akan dihibur dengan kesetiaan Allah. Kita Suci juga akan membantu kita untuk memahami apa yang diminta Allah dari hidup kita saat ini. Pada setiap jam setiap hari, (bdk. Mat 20:1-16) dan dalam setiap musim dalam hidup kita, Ia terus mengutus para pekerja ke ladang anggur-Nya. Saya dipanggil untuk menjadi Uskup Roma saat saya sudah mencapai usia pensiun, dan saya pikir saya tidak akan melakukan hal yang baru lagi. Tuhan selalu, selalu, dekat dengan kita. Ia dekat dengan kita dengan berbagai kemungkinan yang baru, ide-ide yang baru, penghiburan yang baru, tapi selalu dekat dengan kita. Kalian semua tahu bahwa Allah kita adalah kekal, dan Ia tidak akan pernah pensiun.

Dalam Injil Matius, Yesus berkata kepada para Rasul, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Matius 28:19-20). Perkataan ini juga ditujukan kepada kita hari ini. Perkataan ini membantu kita untuk lebih memahami bahwa panggilan kita adalah untuk mempertahankan akar kita, untuk mewariskan iman kita kepada generasi muda, dan untuk merawat yang masih kecil. Pikirkanlah hal ini, apakah yang menjadi panggilan kita saat ini, di usia kita? Untuk mempertahankan akar kita, mewariskan iman kita kepada generasi muda, dan untuk merawat yang masih kecil. Jangan pernah lupakan hal ini.

Tidak ada bedanya berapa usia kalian, entah kalian masih bekerja atau tidak, entah kalian sendirian atau memiliki keluarga, entah kalian menjadi kakek atau nenek pada usia muda atau setelah tua, entah kalian masih mandiri atau membutuhkan bantuan. Karena tidak ada usia pensiun bagi karya untuk mewartakan Injil dan mewariskan tradisi kepada cucu-cucu kalian. Kalian hanya perlu untu memulai dan melakukan sesuatu yang baru.

Pada masa krisis dalam sejarah ini, kalian memiliki panggilan yang telah diperbarui. Kalian mungkin bertanya-tanya: Bagaimana mungkin? Saya mulai kehabisan tenaga dan rasanya tidak banyak yang bisa saya lakukan. Bagaimana saya bisa mulai melakukan sesuatu yang berbeda ketika apa yang menjadi kebiasaan saya sudah menjadi bagian dari hidup saya? Bagaimana saya bisa menerikan diri saya bagi mereka yang miskin saat saya sendiri sangat kuatir dengan keberadaan keluarga saya? Bagaimana saya bisa memperluas pandangan saya, saat saya sendiri tidak bisa meninggalkan area tempat tinggal saya? Bukankah kesendirian saya sudah merupakan beban yang cukup berat? Ada berapa di antara kalian yang sedang mempertanyakan pertanyaan tadi: Bukankan kesenderian saya sudah cukup berat? Yesus sendiri mendengar pertanyaan yang sama dari Nikodemus yang bertanya, “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua?” (Yoh 3:4). Hal ini bisa saja terjadi, jawab Allah, apabila kita membuka hati kita terhadap karya Roh Kudus, yang bertiup ke mana pun yang Ia inginkan. Roh Kudus memiliki kebebasan untuk pergi ke mana pun, dan melakukan apapun yang diinginkan-Nya.

Seperti yang sering saya amati, kita tidak akan keluar dari krisis saat ini sama seperti sebelumnya, tetapi akan lebih baik atau lebih buruk. Dan “Semoga ini bukanlah peristiwa serius kesekian dalam sejarah yang darinya kita belum mampu belajar. Jangan kita melupakan para lansia yang meninggal karena kekurangan alat pernafasan… Semoga penderitaan yang begitu besar tidak sia-sia, tetapi kita mengambil langkah besar menuju cara hidup baru dan menemukan sekali dan untuk semua bahwa kita saling membutuhkan dan saling berutang budi, sehingga umat manusia terlahir kembali …” (Fratelli Tutti, 35). Tidak seorang pun diselamatkan sendirian. Kita semua saling berhutang satu terhadap yang lain. Kita semua adalah saudara.

Karena inilah, saya ingin menyampaikan kepada kalian semua, bahwa kalian dibutuhkan untuk membantu dalam membangun, dalam persaudaraaan dan persahabatan, dalam dunia masa depan: dunia di mana kita, bersama dengan anak-anak dan cucu-cucu kita, akan hidup setelah badai ini reda. Kita semua harus “berperan aktif dalam membangun kembali dan membantu masyarakat yang terluka.” (Fratelli Tutti, 77). Di antara semua pilar yang menopang bangunan baru ini, ada tiga pilar di mana kalian bisa membantu untuk membangunnya, jauh lebih baik daripada orang lain. Ketiga pilar ini adalh mimpi, kenangan dan doa. Kedekatan Allah dengan kita akan memberikan kepada semua orang, bahkan yang paling lemah di antara kita, kekuatan yang dibutuhkan untuk memulai perjalanan yang baru di dalam mimpi, kenangan dan doa.

Nabi Yoel pernah berjanji: “Anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.” (Yoel 2:28). Masa depan dunia bergantung pada perjanjian antara orang muda dan yang tua. Siapakah, jika bukan orang muda, dapat membawa mimpi dari yang berusia lanjut dan mewujudkannya? Namun

agar hal ini bisa terjadi, sangat penting bagi kita untuk terus bermimpi. Mimpi kita tentang keadilan, tentang perdamaian, tentang solidaritas yang memungkinkan orang-orang muda kita untuk memiliki berbagai visi yang baru; dengan demikian, bersama-sama, kita bisa membangun masa depan. Kalian perlu menunjukkan adanya kemungkinan untuk bangkit kembali dari pengalaman yang sulit. Saya yakin bahwa kalian telah mengalami pengalaman ini lebih dari sekali: dalam hidup kalian, kalian telah menghadapi berbagai masalah dan kalian tetap berhasil melewatinya. Gunakanlah pengalaman- pengalaman tersebut untuk belajar melewati keadaan saat ini.

Mimpi berhubungan dengan kenangan. Saya memikirkan kenangan yang sangat menyakitkan dari masa perang, dan sangat penting untuk membantu orang muda untuk belajar menghargai nilai perdamaian. Beberapa di antara kalian yang pernah mengalami penderitaan masa perang harus bisa menyampaikan pesan ini. Mempertahankan kenangan kita untuk tetap hidup adalah misi yang sejati dari setiap orang yang sudah lanjut usia: mempertahankan kenangan dan membagikannya kepada orang lain. Edith Bruck, yang selamat dari kengerian Soah, berkata bahwa “bahkan menerangi satu hati nurani sepadan dengan usaha dan rasa sakit untuk menjaga ingatan tentang apa yang telah terjadi.” Ia kemudian melanjutkan, “Bagi saya, kenangan adalah hidup.” Saya juga memikirkan kakek dan nenek saya sendiri, dan sebagian dari kalian yang harus mengungsi ke negara lain dan tahu betapa sulitnya untuk meninggalkan segala-galanya, sebagaimana yang terus dilakukan masyarakat saat ini, dengan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Beberapa dari antara mereka mungkin sekarang ini ada di samping kita, memperhatikan kita. Kenangan seperti ini dapat membantu untuk membangun dunia yang lebih manusiawi dan ramah. Sebaliknya, tanpa kenangan, kita tidak akan pernah bisa untuk membangun; tanpa pondasi, kita tidak akan bisa membangun rumah. Tidak akan pernah bisa. Dan pondasi dari kehidupan adalah kenangan.

Akhirnya, doa. Paus Benediktus, pendahulu saya, seorang lansia kudus yang terus berdoa dan berkarya bagi Gereja, pernah berkata: “doa dari seorang lansia dapat melindungi dunia, membantunya secara lebih efektif daripada berbagai tindakan fanatik lainnya.” Ia menyampaikan perkataan ini pada tahun 2012, menjelang akhir masa kepausan beliau. Ada hal yang indah di sini. Doa kalian adalah sumber yang sangat berharga: tarikan nafas yang mendalam yang sangat dibutuhkan Gereja dan dunia (bdk. Evangelii Gaudium, 262). Terutama dalam masa-masa sulit bagi keluarga kami, sembari kami terus berlayar dalam perahu yang sama dalam menyeberangi laut di tengah badai pandemi ini, doa-doa syafaat kalian bagi dunia dan bagi Gereja memiliki nilai yang sangat berharga; yang menginspirasi setiap orang untuk memiliki iman yang besar bahwa tak lama lagi kita akan segera berlabuh.

Pada kakek dan nenek, serta para sahabat lansia yang terkasih, dalam menyimpulkan Pesan ini bagi kalian, saya juga ingin menyampaikan teladan dari Beato Charles de Foucauld, yang tak lama lagi akan menjadi Santo. Ia hidup sebagai seorang pertapa di Algeria dan bersaksi bahwa “ia rindu untuk merasa sebagai seorang saudara bagi semua orang” (Fratelli Tutti, 287). Kisah hidupnya menunjukkan bahwa hal itu adalah mungkin, bahkan dalam kesendirian seseorang, untuk berdoa bagi orang miskin di seluruh dunia dan untuk menjadi seorang saudara atau saudari bagi semua orang.

Saya meminta kepada Tuhan, agar melalui teladannya, kita semua dapat membuka hati kita dalam kepekaan terhadap penderitaan bagi kaum miskin dan berdoa bagi mereka yang membutuhkan. Semoga setiap kita belajar untuk mengulang kembali perkataan itu itu, terutama kepada kaum muda, kata-kata penghiburan yang telah disampaikan kepada kita hari ini: “Aku akan menyertaimu senantiasa”. Majulah terus! Semoga Tuhan memberkati kalian semua.

Roma, St. John Lateran, 31 Mei 2021, Pesta Maria Mengunjungi Elisabeth.

Download : Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus Untuk Hari Orang Tua dan Lansia Sedunia