Beranda Jendela Alkitab Harian Rabu 18 Juni 2014 “Biarkan Tuhan Mengarahkan Hidup ini”

Rabu 18 Juni 2014 “Biarkan Tuhan Mengarahkan Hidup ini”

Suatu hari seseorang mendatangi saya. Ia meminta untuk mendoakannya, karena beberapa hari lagi ia akan meninggal. Saya sangat terkejut mendengar permintaannya. Kok orang sudah tahu hari dia akan meninggal? Bukankah hidup manusia itu berada di tangan Tuhan?

Meski saya sangat terkejut, saya tetap melayaninya. Saya mendoakan orang itu. Yang saya doakan adalah agar orang itu punya kerendahan hati. Saya berdoa agar orang itu tidak memposisikan diri sebagai Tuhan yang sudah tahu akan hari dan saat meninggalnya.

Mendengar doa saya itu, orang itu protes. Dia berkata, “Mengapa romo mendoakan saya seperti itu? Saya sudah tahu pasti bahwa tiga hari lagi saya akan meninggal.”

Saya hanya tersenyum mendengar protesnya. Beberapa saat kemudian, saya berkata, “Kita harus pasrah kepada Tuhan. Hidup kita ini ada di tangan Tuhan. Janganlah kita mendahului Tuhan.”

Orang itu tetap protes. Dia tidak punya sikap rendah hati. Dia merasa bahwa dia begitu berkuasa atas hidupnya. Tiga hari kemudian, orang itu ternyata tidak meninggal. Ia masih diberi hidup oleh Tuhan.

Sering manusia merasa begitu berkuasa atas segala-galanya, termasuk atas dirinya sendiri. Apa saja direncanakan sampai sekecil-kecilnya untuk hidup ini. Padahal hidup kita ini berada di tangan Tuhan. Kita hanya menjalani hidup ini. Kita mengikuti ke mana Tuhan mengarahkan hidup kita.

Orang yang merasa begitu berkuasa atas dirinya biasanya orang yang kurang rendah hati. Orang yang sombong. Orang yang tidak mau membiarkan Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu menguasai dirinya. Cepat atau lambat orang seperti ini akan mengalami frustrasi dalam hidupnya. Kalau ia tetap bertahan dalam pandangan dirinya sendiri, ia akan mengalami suatu hidup yang kurang bermakna.

Sebagai orang beriman, kita ingin agar hidup kita ini sungguh-sungguh bermakna. Kita ingin agar Tuhan senantiasa menjadi bagian dari hidup kita. Tuhan yang mengarahkan seluruh hidup kita kepada kebahagiaan. Mengapa? Karena Tuhan yang memiliki hidup ini. Tuhan meminjamkan hidup ini kepada kita. Yang mesti kita lakukan adalah membiarkan Tuhan menguasai diri kita. Kita buka hati kita, agar Tuhan bekerja di dalam diri kita. Dengan demikian, kita menjadi orang-orang yang setia kepada-Nya. Kita menjadi orang-orang yang beriman teguh kepadaNya.

Mari kita tingkatkan hidup iman kita dengan menyerahkan hidup kita ke dalam kasih-Nya. Yakinlah, Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi hidup kita. Tuhan tidak pernah menyakiti hati kita. Tuhan selalu ingin membahagiakan hidup kita. Tuhan memberkati. ** (Frans de Sales SCJ)