Home SEPUTAR VATIKAN Urbi Moto KBKK, Sumber Semangat dan Pedoman

Moto KBKK, Sumber Semangat dan Pedoman

Tim KBKK bersama para peserta Napak Tilas 125 Gereja Katolik Sumba, NTT/Foto : Abdi Susanto - Sesawi.net

Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan atau yang sering disebut KBKK bukanlah kelompok atau lembaga sosial biasa. Ini lebih cocok disebut sebagai komunitas iman.

Sebagai sebuah komunitas iman, kelompok ini mendasarkan diri dengan semangat dan spiritualitas yang dijalankan Yesus yang menjalankan tugas pengutusan hingga akhir hidup dan bersabda : “Inilah tubuh-Ku untuk kamu, inilah darah-Ku untuk kamu dan untuk semua orang.”

Selama 14 tahun berkarya, KBKK yang didirikan salah satunya oleh dokter Irene Setiadi selalu mengingatkan anggotanya akan tiga moto yang menjadi dasar aksi pelayanan, yakni “Kasih yang mengalahkan, melakukan dan mempersatukan segalanya”, “iya gak masalah”, dan “hadapi dengan senyum”.

“Untuk tergabung dalam KBKK harus tahu tentang tiga moto pelayanan itu,” ujar dokter Irene, begitu dokter lulusan Jerman ini biasa disapa.

Kasih yang melakukan mengingatkan bahwa bergabung dengan KBKK adalah untuk menjadi misioner dan tidak boleh ada motif apa pun saat melakukan karya misi.

Mempersatukan segalanya artinya, ketika bersatu dan yakin apa yang dilakukan adalah benar dan dijalankan dengan benar, maka sebesar apa pun hambatan dan rintangan, dengan kasih, karya pelayanan tetap bisa dijalankan.

Meski kelihatannya baik-baik saja, dalam setiap pelayanan yang dijalankan, KBKK sering mengalami hambatan dan batu sandungan, baik yang berasal dari dalam maupun luar. Tidak jarang pula para anggota menghadapi situasi yang sulit dan penuh tekanan.

Faktor dari dalam yaitu ego, dan kepentingan pribadi. Sedangkan faktor dari luar seperti gesekan atau kesalahpahaman antaranggota. Jika semua dibiarkan maka akan membuat semangat pelayanan menjadi mudah runtuh. Namun melalui kasih, maka semua hal itu bisa dikalahkan.

Dengan moto “Iya gak masalah” para anggota KBKK diingatkan kembali untuk sadar bahwa persoalan yang muncul hanyalah karena masalah sederhana. “Mungkin teman itu sedang sensitif, jadi ya gak masalah” ujar dokter Irene.

Moto ketiga yang tak kalah penting adalah “hadapi dengan senyum”. Beberapa kali dalam pelayanan di berbagai daerah, kejadian-kejadian seperti dilecehkan atau direndahkan oleh orang lain juga banyak malasah lain sering dialami anggota KBKK.

Namun sebagai seorang pemimpin, dr Irene selalu memberi contoh untuk selalu tersenyum menghadapi semua itu. “Hadapi apapun masalahnya dengan senyum,” ujar dokter Irene sambil tersenyum.

Keterangan foto utamaTim KBKK bersama para peserta Napak Tilas 125 Gereja Katolik Sumba, NTT/Foto : Abdi Susanto – Sesawi.net