Renungan Harian Katolik: Jumat, 01 Maret 2019, Mrk. 10:1-12
Injil hari ini tidak melulu berbicara tentang perceraian, tetapi justru menekankan aspek kesetiaan. Berbeda dengan ahli Taurat dan orang Farisi yang berhenti pada hukum demi hukum, Yesus justru mendidik para murid-Nya untuk melihat nilai di balik hukum yang diberikan Allah. Bahwasanya sejak semula, penciptaan laki-laki dan perempuan merupakan penegasan akan kesetiaan dan totalitas sebagai nilai perkawinan. Bagi Yesus, persoalan tidak terletak pada apakah perceraian itu boleh atau tidak, melainkan pada ketegaran hati manusia sebagai sumber ketidaksetiaan. Segala sesuatu yang dikehendaki Allah adalah baik. Ia tidak menghendaki adanya perceraian, tetapi menginginkan persatuan yang tampak ketika seorang laki-laki meninggalkan ayah-ibunya untuk bersatu dengan istrinya. Namun, hati manusia yang keras dan membatu menghalangi manusia untuk melihat kehendak Allah.
Hidup dalam kesetiaan bukanlah sesuatu yang mudah, tanpa tantangan. Namun, iman akan Kristus hendaknya memampukan setiap orang beriman untuk mengupayakan kesetiaan. Tantangan dan godaan merupakan bagian dari proses kesucian. Bagi orang beriman, kesetiaan pada akhirnya hanya milik Allah, manusia hanya perlu selalu mengusahakan dan menghidupinya dalam keseharian.
Allah Bapa yang berbelas kasih, sanggupkanlah aku untuk hidup dalam kesetiaan akan nilai-nilai Injil, dan akan apa yang kupilih untuk dihidupi. Amin.
Sumber: Ziarah Batin 2019, OBOR Indonesia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.
