Beranda KWI SAGKI 2015, Mgr. Frans Kopong Kung: Peran Istimewa Keluarga Harus Diteguhkan”

SAGKI 2015, Mgr. Frans Kopong Kung: Peran Istimewa Keluarga Harus Diteguhkan”

Konferensi Pers SAGKI 2015

Gereja Katolik Indonesia menyatakan komitmen dan pembelaanya yang kuat terhadap keberadaan keluarga yang dibentuk atas dasar cinta suami dan isteri. Melalui Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2015 yang akan dibuka secara resmi pada Senin, (2/9), Gereja bahkan akan meneguhkan komitmenya terhadap peran istimewa keluarga.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Komisi Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Frans Kopong Kun saat  jumpa pers bersama para wartawan di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia, Jakarta, Jumat (30/9/2015).

Mgr. Frans, yang baru saja tiba dari Roma setelah sebulan mengikuti sinode para Uskup sedunia, mengemukakan,  SAGKI 2015 menjadi kesempatan yang berahmat bagi Gereja untuk ikut merayakan keluarga dan peran istimewanya.

“Bahwa semua kita ini, seperti ini, saaat ini adalah berasal dari dan dibentuk oleh keluarga. Maka dalam SAGKI nanti kita patut berterima kasih kepada keluarga yang mempunyai peran istimewa bagi Gereja dan masyarakat,” kata Mgr. Frans.

Dengan mengusung tema “Keluarga Katolik: Sukacita Injil”, SAGKI 2015 diprediksi akan berjalan alot. Selain karena  banyaknya persoalan keluarga seperti nasib keluarga imigran di banyak wilayah di Indonesia, kekerasan seksual dan pendidikan anak dalam keluarga akan menjadi topik perdebatan, Gereja Katolik Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanan yang kuat sejalan dengan seruan Paus Fransiskus agar lebih terbuka terhadap keluarga Katolik yang bercerai dan ingin menikah lagi secara Katolik.

“Karena itu, dalam pertemuan seperti ini, Gereja juga mau memberikan dukungan, kekuatan dan dorongan kepada keluarga-keluarga yang mungkin saja saat ini sedang menderita, terluka, dan kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Gereja mau memberikan harapan dan perhatian keibuannya,” ungkap Mgr. Frans sambil menegaskan bahwa Allah menghadirkan keluarga bagi Gereja dan masyarakat tidak untuk menderita melainkan agar keluarga dapat mengalami sukacita di dalam-Nya.

Lebih realistis

Sementara itu, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Ignatius Suharyo menantang Gereja agar lebih realistis dan lebih peduli dengan situasi keluarga-keluarga Katolik yang sedang terpuruk.

“Mari kita lebih melihat seperti apa keluarga-keluarga Katolik yang tinggal di rumah hanya dengan satu kamar, keluarga-keluarga migran yang menjadi pergulatan Gereja di banyak tempat di Indonesia, mungkinkah keluarga Katolik seperti itu  dapat membentuk pribadi anak-anak yang semakin mantap, dewasa dan berwatak mulia?” ujar Mgr. Suharyo.

Padahal, menurut Beliau, “kita semua tahu, kalau kita mau melihat konteks kebutuhan Indonesia saat ini, pimpinan-pimpinan Lembaga Negara juga membutuhkan generasi yang berwatak mulia supaya nanti tidak ada KPK lagi, misalnya. Atau Bisnis kita juga membutuhkan orang-orang yang berwatak mulia, supaya tidak ada kebakaran hutan lagi. Bahkan masyarakat kita juga membutuhkan ribadi-pribadi yang berwatak mulia supaya lalu lintas di jalanan tidak dipenuhi dengan pelaku begal.”

Gereja  mau masuk ke situ, tadinya gereja mau menawarkan pendampingan bagi keluarga-keluarga, khususnya bagi keluarga Katolik. Bentuknya adalah menawarkan ajaran Gereja Katolik tentang keluarga.

“Harus disadari bahwa ada keluarga-keluarga Katolik yang pemahamannya tentang hidup berkeluarga masih terbatas,” tandas Mgr. Suharyo seraya mengungkapkan harapannya agar SAGKI 2015 dapat membangkitkan semnagat baru bagi Gereja untuk terus berkarya di bidang pastoral keluarga.

 

Kredit Foto: Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Ignatius Suharyo (kiri0, Ketua Komsis Keluarga KWI, Mgr. Fransiskus Kopong Kung (tengah) dan Sekretaris Komisi Keluarga KWI, Romo Hartono saat memberikan konferensi pers SAGKI 2015.