Home KATEKESE Santo Dominikus Savio : 06 Mei

Santo Dominikus Savio : 06 Mei

06 Mei, Bunda Maria, Gereja Katolik, Gereja Katolik Indonesia, Katekese, Katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, martir, Para Kudus, Para Kudus di Surga, Pengaku Iman, Santo Dominikus Savio, Santa Yudit dari Prussia, Santo Florianus, Santa Katarina dari Siena, Santa Zita, Santo Atanasius, Santo Filipus & Santo Yakobus, Santo Petrus Chanel, Santo Pius V, Santo Yosef, Umat Katolik, Uskup dan Pengaku Iman, Yesus Kristus, Katekese

Dominikus Savio adalah santo pelindung remaja, khususnya remaja putra. Ia juga diangkat menjadi pelindung paduan suara remaja putra, pelindung remaja yang diperlakukan tidak adil serta pelindung bagi mereka yang tak bersalah tetapi dikenai tuduhan palsu. Jadi, jika kalian punya masalah dengan teman-teman sebayamu, atau gurumu, atau orangtuamu, atau masalah remaja lainnya, janganlah ragu-ragu untuk memohon bantuan doa darinya.

DOMINIKUS Savio dilahirkan pada tanggal 2 April 1842 di Riva, Chieri, Italia. Ia adalah seorang dari kesepuluh putra-putri pasangan Carlo dan Birgitta Savio. Ayahnya seorang pandai besi sementara ibunya seorang penjahit.
Sejak masa kecilnya, Dominikus amat mengasihi Tuhan. Suatu hari, saat usianya baru empat tahun, Dominikus menghilang. Ibunya, yang dengan cemas mencarinya, akhirnya mendapatkan puteranya itu di sudut ruangan dengan tangannya terkatup dan kepalanya tertunduk. Ia khusuk berdoa! Pada usia lima tahun, setelah memohon dengan sangat, Dominikus diijinkan untuk menjadi Putera Altar dan ketika usianya tujuh tahun, ia diperkenankan untuk menerima Komuni Kudus-nya yang Pertama.

Karena keluarganya miskin, Dominikus harus berjalan pulang balik sejauh 6 mil (± 9.6 km) setiap hari agar dapat bersekolah di kota terdekat. Suatu hari ketika gurunya sedang tidak berada di kelas, dua orang anak lelaki membawa masuk banyak sekali salju dan sampah serta menyumpalkannya ke dalam satu-satunya tungku pemanas ruangan. Ketika Pak Guru kembali, ia menjadi sangat marah. Kedua anak tersebut ketakutan, mereka mengatakan bahwa Dominikus-lah yang telah melakukannya. Pak Guru memaki-maki Dominikus dengan kata-kata yang keras dan tajam. Ia juga menambahkan jika saja ini bukan perbuatannya yang pertama, tentulah Dominikus telah diusirnya.

Dominikus tidak mengatakan sepatah kata pun untuk membela diri. Ia berdiri di depan kelas dengan kepala tertunduk. Keesokan harinya, tahulah Pak Guru apa yang sebenarnya telah terjadi. Segera ia menemui Dominikus dan bertanya mengapa ia tidak membela diri. Dominikus mengatakan bahwa ia khawatir Pak Guru akan mengeluarkan kedua anak nakal tersebut, padahal ia ingin sekali mereka diberi kesempatan.
“Lagipula,” katanya, “Saya ingat bahwa Yesus juga dituduh secara tidak adil dan Ia diam saja.”

DEVOSINYA KEPADA BUNDA MARIA

Dominikus memiliki devosi yang mendalam kepada Bunda Maria. Setiap hari ia melakukan laku silih untuk menghormatinya. Setiap kali memasuki gereja, Dominikus berlutut di altar serta berdoa,

“O, Bunda Maria. Aku berharap untuk selalu menjadi anakmu. Perolehkanlah bagiku rahmat agar aku lebih memilih mati daripada berbuat dosa dan melanggar kesucian.”

Satu tahun sebelum ajalnya ia berkata kepada Don Bosco: “Romo, saya ingin melakukan sesuatu untuk Bunda Maria. Tetapi saya harus melakukannya dengan segera, karena jika tidak, saya takut semuanya akan terlambat.” Maka atas persetujuan Don Bosco, Dominikus membentuk perkumpulan remaja yang diberinya nama “Persaudaraan Sejati dalam Bunda Maria yang Dikandung Tanpa Dosa”. Tujuan perkumpulannya adalah membantu teman-teman yang lain agar dapat lebih dekat dan akrab dengan Tuhan Yesus, sama seperti yang selalu dilakukan oleh Bunda Maria. Di samping kegiatan-kegiatan rohani, mereka menyapu, membersihkan sekolah serta memperhatikan anak-anak yang kurang diperhatikan oleh anak-anak lain. Perkumpulan itu berhasil, sampai sekarang masih ada dan berkembang.

Setelah kematiannya, Dominikus menampakkan diri kepada St. Yohanes Bosco, guru sekaligus romonya yang terkasih. Don Bosco bertanya kepadanya hiburan terbesar apa yang didapatnya saat kematiannya. Dominikus menjawab:

“Hiburan terbesar yang saya terima saat kematian saya adalah pertolongan dari Bunda Tuhan yang penuh kuasa dan kasih. Tolong sampaikan kepada teman-teman agar tidak lupa berdoa kepada Bunda Maria setiap hari sepanjang hidup mereka.”

Jenasah Dominikus dimakamkan di Basilik Maria Pertolongan Orang Kristen di Turin, tak jauh dari makam pembimbingnya kelak, St. Yohanes Bosco. Setelah kematiannya, St.Yohanes Bosco menuliskan riwayat hidup Dominikus sehingga gereja memproses kanonisasinya. Dalam sejarah gereja, Dominikus Savio merupakan orang kudus bukan martir yang termuda (belum genap 15 tahun) yang dikanonisasi.

Sumber: Katakombe.org

Inspirasimu: Santo Florianus : 06 Mei