Beranda KATEKESE Santo Ireneus dari Lyons : 28 Juni

Santo Ireneus dari Lyons : 28 Juni

28 Juni, Bunda Maria, Gereja Katolik, Gereja Katolik Indonesia, Katekese, Katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, martir, Para Kudus, Para Kudus di Surga, Pengaku Iman, Santo Ireneus dari Lyons, Santo Sirilus dari Alexandria, Santo Pelagius, Santa Febronia, Santo Yohanes Pembaptis, Santo Yosephus Cafasso, Umat Katolik, Yesus Kristus, Katekese
Ilustrasi: catholicnewsagency.com

IRENEUS adalah seorang Yunani yang dilahirkan antara tahun 120-140. Ia beroleh kesempatan istimewa menjadi murid St.Polikarpus.  Polikarpus sendiri adalah murid dari Rasul Yohanes. Suatu ketika Ireneus mengatakan kepada seorang teman, “Aku mendengarkan pengajaran St.Polikarpus dengan amat seksama. Aku menuliskan setiap tindakan maupun perkataannya, bukan di atas kertas, melainkan dalam hatiku.”

Setelah ditahbiskan menjadi seorang imam, Ireneus diutus ke Lyons di Perancis. Di kota inilah Uskup St.Pothinius wafat sebagai martir bersama dengan banyak kudus lainnya. Ireneus tidak wafat sebagai martir pada waktu itu sebab ia diminta oleh rekan-rekan para imam untuk pergi ke Roma menyampaikan suatu pesan penting dari mereka kepada paus. Dalam surat itu, mereka menyebut Ireneus sebagai seorang yang penuh semangat iman.

Ketika Ireneus kembali untuk menjadi Uskup Lyons, masa penganiayaan telah berakhir. Namun demikian, muncul suatu bahaya lain, yaitu bidaah yang disebut Gnostisisme. Ajaran sesat ini memikat sebagian orang dengan janji-janji untuk mengajarkan misteri-misteri rahasia. Uskup Ireneus pun mempelajari bentuk-bentuk ajaran Gnostik. Meskipun sangat berbeda dengan Kristen, secara umum mereka mengajarkan bahwa dunia fana ini jahat; bahwa dunia ini diciptakan dan diperintah oleh kuasa malaikat, bukan Tuhan; bahwa Tuhan berada jauh dan tidak ada hubungannya dengan dunia ini; bahwa keselamatan dapat diraih dengan mempelajari ajaran-ajaran rahasia khusus; bahwa kaum Gnostik itulah orang-orang rohani yang lebih unggul daripada orang-orang Kristen biasa. Para guru aliran Gnostik sangat mendukung pendapat ini dengan Injil Gnostik mereka – buku yang biasanya mencatut nama para rasul.

Setelah uskup Lyons itu mempelajari ajaran sesat itu, ia menulis buku Melawan Ajaran Sesat, suatu karya besar yang membeberkan kebodohan “ajaran yang secara keliru disebut Gnostik” tersebut. Dengan menyitir gambaran dari Perjanjian Lama dan Baru, ia membuktikan kesesatan aliran tersebut. Tentang orang-orang Gnostik ia menulis,

Segera setelah seseorang terpikat oleh Gnostik, orang tersebut akan menjadi sombong dan merasa dirinya begitu penting, ia akan berjalan mengangkat dada dengan gaya seekor ayam jantan. Tetapi orang-orang Kristen seharusnya menerima anugerah Allah dengan rendah hati, dan tidak mengandalkan kegiatan-kegiatan intelektualnya yang akan membuat ia sombong.

Uskup Ireneus berpegang teguh pada keabsahan pengajaran dari para rasul ketika ia berjuang melawan paham Gnostik. Ia adalah murid dari Santo Polikarpus, yang adalah murid dari Rasul Yohanes, salah satu murid dari Yesus sendiri.  Argumentasinya yang tersebar luas merupakan pukulan besar bagi aliran sesat Gnostik pada masanya.  Ireneus menegaskan bahwa para rasul mengajar di tempat-tempat umum dan tidak ada satu pun yang dirahasiakan. Di seluruh kekaisaran, gereja-gereja berpegang pada ajaran-ajaran yang hanya disampaikan para rasul Kristus, dan hanya inilah satu-satunya dasar keyakinan. Ireneus menyatakan bahwa para uskup yang merupakan pelindung iman Kristen adalah penerus para rasul.

St Ireneus wafat sebagai martir sekitar tahun 202.

Sumber: katakombe.org

Inpirasimu: Santo Sirilus dari Alexandria : 27 Juni