Home KATEKESE Santo Laurensius O’Toole : 14 November

Santo Laurensius O’Toole : 14 November

14 November, Bunda Maria, gereja katolik, gereja Katolik Indonesia, Ibu Maria, katekese, katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Minggu Biasa XXXII, Para Kudus, Para Kudus di Surga, rosario, Santo Laurensius O'Toole, Santo Eugenius dari Toledo , Santo Yosafat Kunsevyc, Santo Alfonsus Rodriquez, Santo Eustachius, Santo Klaudius, santo Leo Agung, teladan kita, umat katolik, yesus kristus
Ilustrasi: catholicnewsagency.com

LAURENSIUS dilahirkan di Irlandia pada tahun 1128. Ayahnya seorang pejabat. Ketika usianya baru sepuluh tahun, seorang raja tetangga menyerang wilayah kekuasaan ayahnya dan membawanya pergi. Anak itu menderita selama dua tahun lamanya. Kemudian ayahnya memaksa raja untuk menyerahkan Laurensius kepada seorang uskup. Ketika raja memenuhi permintaannya, ayahnya segera datang menemui putranya. Dengan penuh syukur dan sukacita, ia membawa Laurensius pulang ke rumah.

Ayahnya ingin agar salah seorang puteranya melayani dan mengabdi Gereja. Ketika sedang bertanya-tanya siapakah gerangan yang akan memenuhi keinginannya itu, dengan tertawa Laurensius mengatakan kepada ayahnya agar jangan bingung lagi. “Itulah kerinduanku,” kata Laurensius, “bagian warisanku adalah melayani Tuhan dalam Gereja-Nya.” Maka, ayahnya membimbing tangannya dan menyerahkannya kepada uskup. Laurensius menjadi seorang imam dan abbas (= pemimpin biara) sebuah biara yang besar. Suatu ketika, terjadilah paceklik di mana bahan pangan sulit didapatkan di seluruh daerah sekitar biara. Abbas yang baik itu membagi-bagikan sejumlah besar bahan makanan agar penduduk terhindar dari bahaya kelaparan.

Laurensius juga harus menangani banyak masalah sehubungan dengan jabatannya sebagai pemimpin biara. Sebagian biarawan mengkritiknya karena terlalu disiplin. Meskipun demikian, Laurensius tetap membimbing komunitasnya dengan cara laku silih dan matiraga. Ada juga masalah dengan para penyamun dan perompak yang tinggal di bukit-bukit sekitarnya. Walaupun begitu, tidak ada suatu pun yang membuat Laurensius O’Toole gentar.

Laurensius menjadi begitu terkenal hingga tak lama kemudian ia dipilih sebagai Uskup Agung Dublin. Dalam kedudukannya yang baru itu, ia hidup kudus sepanjang hidupnya. Setiap hari, ia mengundang kaum fakir miskin untuk menjadi tamu kehormatannya. Di samping itu, ia memberikan pertolongan kepada banyak orang lain juga. Laurensius sangat mencintai umatnya dan negaranya, Irlandia, dan ia melakukan segalanya untuk menjadikannya damai sejahtera. Suatu ketika, seorang gila menyerang Laurensius ketika ia hendak naik ke altar untuk mempersembahkan Misa. Laurensius jatuh ke lantai tak sadarkan diri. Namun, segera saja ia siuman kembali. Saat itu juga dibasuhnya luka-lukanya, lalu langsung mempersembahkan Misa.

Setelah tahun-tahun pengabdian bagi Gereja, St. Laurensius O’Toole sakit parah. Ketika ditanya apakah ia hendak menuliskan surat wasiat, uskup agung yang kudus itu tersenyum. Jawabnya, “Tuhan tahu bahwa aku tidak memiliki apa-apa di dunia ini.” Sejak lama ia telah memberikan segala yang ia miliki kepada orang-orang lain, sama seperti ia telah memberikan dirinya seutuhnya kepada Tuhan. St. Laurensius O’Toole wafat pada tanggal 14 November 1180. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Honorius III pada tahun 1225.

St. Laurensius sadar akan pentingnya berdiri kokoh dalam melakukan apa yang benar, meskipun badai kritik menerjang.