Beranda KATEKESE Santo Yoseph Cafasso : 23 Juni

Santo Yoseph Cafasso : 23 Juni

23 Juni, Bunda Maria, Gereja Katolik, Gereja Katolik Indonesia, Katekese, Katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, martir, Para Kudus, Para Kudus di Surga, Pengaku Iman, Santo Yosephus Cafasso, Santo Thomas More, Santo Aloysius Gonzaga, Santo Silverius, Paus dan Martir, Umat Katolik, Yesus Kristus, Katekese

YOSEPHUS Cafasso dilahirkan pada tahun 1811 di Italia utara, dekat kota Turin. Empat tahun kemudian, salah seorang muridnya kelak, St.Yohanes Bosco, dilahirkan di kota yang sama.  Yosephus berbahagia mempunyai orangtua yang sangat mengasihinya, yang rela berkurban demi pendidikannya.

Yosephus bertemu Yohanes Bosco untuk pertamakali di kota Turin pada tahun 1827. Saat itu ketika Bosco baru berusia dua belas tahun. Yohanes Bosco berbicara kepada seminaris Yosephus Cafasso di gereja dan kemudian berlari pulang sepanjang perjalanan ke rumah.

“Mama, mama,” teriak Yohanes, “aku bertemu dengannya, aku bertemu dengannya, mama!”

“Dengan siapa?” tanya ibunya.

“Yosephus Cafasso, mama. Ia seorang seminaris yang kudus, sungguh.” Ibu Bosco tersenyum dan mengangguk dengan lembut.

23 Juni, katekese, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Para Kudus di Surga, Santo Yoseph Cafasso, Santo Thomas More, Santa Florentina, Santo Aloysius Gonzaga, Santa Florentina, Santa Marina, Santa Emilia de Vialar, Santo Yohanes Fransiskus Regis, Santa Germana dari Pibrac, Santo Santa, Teladan Kita, Bunda Maria, Rosario, Katekese, Para Kudus, Katolik, Minggu Biasa XII, Gereja Katolik Indonesia, Katolik, Katekese, Umat Katolik, Lawan Covid 19
Ilustrasi

Pada tahun 1833, Yosephus ditahbiskan sebagai imam. Tugas pertamanya adalah belajar di sekolah tinggi teologi. Setelah Cafasso menamatkan pelajarannya, ia menjadi seorang profesor teologi. Ia mengajar banyak imam muda selama bertahun-tahun. Mereka mengatakan bahwa ia sangat mengasihi mereka. Yoseph Cafasso dikenal sebagai imam yang percaya akan kelemahlembutan dan belas kasih Allah. Karena ia sendiri begitu lembut hati, ia membangkitkan semangat dan pengharapan pada orang-orang lain juga. Ia membimbing banyak imam, kaum religius dan awam juga. Cafasso membantu Yohanes Bosco memulai pelayanan kerasulannya yang mengagumkan di antara anak-anak. Ia juga yang membimbing Yohannes Bosco memulai Serikat religiusnya yang kini dikenal sebagai Serikat Salesian Don Bosco (SDB).

Pada masa itu, keadaan penjara amat menjijikkan. Tetapi, yang sungguh menggerakkan hati romo Cafasso adalah tata cara pelaksanaan hukuman gantung bagi para narapidana yang dihukum mati didepan umum. Romo Cafasso akan datang kepada mereka dan menerimakan sakramen tobat. Ia mendampingi mereka, mengatakan betapa melimpahnya belas kasih dan kerahiman Tuhan bagi mereka hingga ajal menjemput mereka. Ia membimbing lebih dari enam puluh orang narapidana. Mereka semuanya bertobat dan meninggal dalam damai Kristus. Romo Cafasso menyebut mereka sebagai “para kudusnya yang digantung”.

Pada tahun 1848, Romo Cafasso ditunjuk menjadi pastor paroki di Gereja St. Fransiskus. Tak seorang pun sanggup mengatakan betapa besar pengaruhnya bagi masyarakat dan karya-karya Gereja.
Yosephus Cafasso wafat pada tanggal 23 Juni tahun 1860. Sahabat setianya yang juga anak didiknya, St.Yohanes Bosco, menyampaikan homili pada misa pemakamannya.

Sumber: katakombe.org