Home Jendela Alkitab Harian Siraman Rohani Sabtu, 23 September 2017, Lukas 8:4 – 15

Siraman Rohani Sabtu, 23 September 2017, Lukas 8:4 – 15

Jadilah Tanah Yang Subur Bagi Benih Sabda Tuhan!

Saudara-saudari ….

Hari ini kita merayakan Pesta St. Padre Pio. Ia lahir tanggal 25 Mei 1887 dan meninggal dunia 23 September 1968 di Italia. Ia seorang pastor mistik. Padre Pio menjadi terkenal karena mendapat stigmata hampir seluruh hidupnya. Pada tahun 1999 ia digelar beato, kemudian digelar kudus pada tanggal 16 Juni 2002 oleh Paus Yohanes Paulus kedua. Selama hidupnya, Padre Pio sudah dianggap kudus. Banyak orang datang kepadanya untuk mengaku dosa dan memohon kesembuhan. Ada satu kisah yang menarik yang dialami oleh anak rohani Padre Pio, Cleonice namanya.

Pada waktu perang dunia kedua, seorang pemuda dimasukkan ke dalam tahanan. Orangtuanya tidak tahu ke mana ia pergi. Banyak orang berpikir, bahwa dia sudah meninggal dunia. Pada suatu hari, Cleonice, tanta dari Geovanino, nama dari pemuda yang hilang itu datang mendekati Padre Pio. Ia berlutut di kaki Padre Pio sambil berkata: “Katakanlah apakah Geovanino masih hidup.” Padre Pio menaruh simpati padanya; tampak butir-butir airmata menetes di wajahnya saat ia mengatakan, “Berdirilah dan pergilah dalam damai.” Beberapa hari kemudian, tak tahan lagi melihat dukacita kedua orangtua Giovanino, maka si Cleonice memutuskan untuk meminta Padre Pio melakukan suatu mukjizat. Dengan kepercayaan penuh, Cleonice mengatakan, “Padre, saya hendak menulis sepucuk surat kepada ponakan saya, Giovannino. Saya hanya akan menuliskan namanya saja pada sampul surat, sebab kami tidak tahu di mana ia berada. Padre dan malaikat pelindungmu akan membawa surat ini kepadanya di mana pun ia berada.” Padre Pio tidak menjawab. Maka mulailah Cleonice menulis surat. Sore hari, sebelum tidur, Cleonice meletakkan surat itu di atas meja yang terletak di samping tempat tidur. Keesokan harinya, dengan terkejut, heran bercampur takut, Cleonice mendapati bahwa surat itu tidak lagi ada di sana. Cleonice pergi untuk menyampaikan terima kasih kepada Padre Pio. Lalu Padre Pio katakan: “Berterimakasihlah kepada Santa Perawan Maria.” Hampir limabelas hari kemudian, keponakan Cleonice mengirimkan balasan surat. Maka, bergembiralah semua orang dalam keluarga dan mereka mengucap syukur dan terima kasih, baik kepada Tuhan maupun kepada Padre Pio. Itulah Padre Pio, lahan hati-nya sungguh subur. Benih Sabda Tuhan bertumbuh subur dalam hatinya sehingga banyak orang bisa memanfaatkan kekudusannya dan sudah menjadi sarana keselamatan bagi sesama.

Saudara-saudari …

Injil hari ini sudah diwujud-nyatakan oleh Padre Pio. Benih Sabda Tuhan ada yang jatuh di tanah yang subur. Benih itu jatuh di hati yang subur milik Padre Pio. Dia mendengar Sabda Tuhan dengan gembira, memeliharanya dengan baik sehingga berakar sangat dalam dan berdiri sangat kokoh. Ia pun sudah menghasilkan buah. Karena kesuciannya, Padre Pio sudah menjadi tempat sandaran bagi banyak orang. Orang percaya kepadanya; orang memohon padanya untuk mendoakan mereka; orang datang kepadanya mengakui dosa dan memohon belaskasihan Tuhan lewat pertolongan Padre Pio. Benih Sabda Tuhan sudah bertumbuh kembang dalam lahan hati Padre Pio dan sudah menghasilkan banyak buah.
Sebagai pengikut Kristus, pasti Tuhan juga selalu mengharapkan agar kita pun memiliki lahan hati seperti yang dimiliki oleh Padre Pio.

Marilah, bulatkan niat dan berdoalah selalu agar lahan hati kita selalu subur bagi pertumbuhan benih Sabda Tuhan!

Kita memohon St. Pedro Pio dan Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amen.

Kredit Foto: Padre Pio/Wikipedia