Beranda OPINI Surat Paul Budi Kleden: Natal adalah Sebuah Peristiwa Perjumpaan

Surat Paul Budi Kleden: Natal adalah Sebuah Peristiwa Perjumpaan

Kelahiran Yesus

Para Sahabat dan Kerabat terkasih,

Natal adalah perjumpaan. Tuhan datang menjumpai manusia, tidak dalam suara yang membuat Adam dan Eva gemetar ketakutan di Firdaus, tetapi dalam sosok seorang bayi lemah yang butuh perhatian dan perlindungan.

Tuhan datang menjumpai kita, sebuah ungkapan kasih yang mengangkat martabat, memulihkan keberanian, membongkar kepongahan, menumbuhkan solidaritas. Tuhan datang dan menjumpai manusia, dan karena itu manusia bergerak untuk saling menjumpai. Para gembala pergi menjumpai sang bayi dan orangtuanya, para majus menempuh perjalanan yang jauh untuk menjumpai Dia yang disebut sebagai Raja dan Penyelamat.

Perjumpaan dengan Tuhan berdaya ubah, membawa transformasi: wawasan para gembala tidak lagi hanya sebatas luasnya padang gembalaan, para majus mengambil jalan lain ke negerinya.

Tuhan yang dijumpai dalam sosok yang lemah di tengah situasi ketidakberdayaan, membuat cemas orang-orang yang terobsesi pada kekuasaan dan hanya merasa aman di bawah dominasi kelompok sendiri.

Perjumpaan dengan Tuhan membongkar prasangka, merobohkan sekat, mempertanyakan skala nilai, menggoyahkan kebiasaan.

Semoga perayaan Natal kali ini menjadi peristiwa perjumpaan dengan Tuhan yang membawa perubahan bagi kita, dan melalui kita, terjadi transformasi bagi bangsa dan dunia kita.

***

Tinggal di Roma memungkinkan saya menjumpai banyak orang. Beberapa kali saya berjumpa dengan para miskin yang datang ke pusat Caritas Roma untuk mendapatkan makanan.Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang asing, dan sejak tiga tahun terakhir ada banyak anak muda dari beberapa negara Afrika.

Cukup sering saya berjumpa dengan biarawan dan biarawati yang mempunyai keprihatinan atas masalah-masalah terkait keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Ada pula kesempatan berjumpa dengan para anggota SVD dari berbagai tempat misi yang datang ke Roma untuk berbagai pertemuan dan kursus.

Tahun ini, untuk pertama kali diselenggarakan kursus untuk para anggota SVD yang berusia 65 tahun ke atas dalam bahasa Indonesia. Dua puluh peserta dari Indonesia dan Timor Leste mengambil bagian dalam kursus ini.

Pada bulan Juni-Juli diselenggarakan workshop selama dua minggu bagi para provinsial, regional dan pemimpin misi yang baru memulai masa jabatannya. Saya mendapat kesempatan berjumpa dengan dua provinsial dari Indonesia dan regional dari Timor Leste pada waktu itu.

Untuk pertama kali pula tahun ini diselenggarakan sebuah workshop bagi para awam yang bekerjasama dengan SVD. 27 orang menghadiri kegiatan yang berlangsung selama dua minggu ini. Sayang, dua peserta dari Indonesia batal datang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tugas membawa saya berjumpa dengan banyak orang di tempat lain.

Pada awal tahun saya mendapat kesempatan untuk mengikuti perayaan Seratus Tahun kehadiran para Suster SSpS di Indonesia. SVD merasa amat bersyukur memiliki para Suster SSpS sebagai saudari yang dilahirkan oleh generasi pendiri yang sama. Ikatan kekerabatan itu memperkaya dalam pertumbuhan panggilan sebagai biarawan misioner, dan memudahkan kerjasama dalam menanggapi beragam tantangan yang dihadapi umat dan masyarakat.

Setelah perayaan itu, saya mengunjungi Timor dan Timor Leste. Itulah pertama kali saya berada di antara para anggota SVD Timor Leste. Dari sana saya melanjutkan perjalanan ke Korea Selatan  dan Jepang untuk mengunjungi para anggota dan rekan-rekan kerja SVD.

Gereja Korea Selatan adalah sebuah Gereja yang amat maju karena kerja keras para awam. Keuskupan-keuskupan Korea Selatan mempunyai jumlah imam yang cukup untuk melayani kebutuhan di dalam negeri dan membantu Gereja di negara-negara lain. Kendati demikian, tetap ada tempat bagi tarekat-tarekat religius untuk memperkaya wajah Gereja dengan pelayanan-pelayanan berdasarkan kharisma mereka. SVD di Korea Selatan berkarya terutama di bidang pelayanan bagi para perantau dan kerasulan doa dan retret.

Beberapa anggota SVD dari Indonesia dipercayakan untuk pendampingan para perantau, tidak hanya sebatas pelayanan rohani tetapi juga dalam mengatasi kesulitan hukum dan kesehatan para perantau.

Di Jepang SVD memilih terutama bidang pendidikan sebagai pintu masuk untuk berjumpa dengan masyarakat dan budaya Jepang, dari Taman Kanak-Kanak hingga Universitas. Lembaga pendidikan menjadi tempat masyarakat Jepang dapat berjumpa dengan kekristenan. Selain bidang pendidikan, SVD juga menangani sejumlah paroki, yang umumnya amat kecil dari segi jumlah. Kerasulan bagi para perantau pun menjadi satu prioritas SVD Jepang.

Kesempatan berjumpa dengan para provinsial dan regional dari benua Amerika saya peroleh ketika menghadiri pertemuan zona Amerika di Techny, Chicago. Pertemuan tiga tahunan ini bertujuan mengevaluasi dan merencanakan kerjasama dalam menjalankan perutusan. Kendati situasi yang amat berbeda dari Amerika Serikat dan Amerika Latin, tetapi ada banyak persoalan bersama yang dihadapi masyarakat, yang mesti ditanggapi secara bersama. Saya juga mengunjungi pusat VIVAT Internasional di New York, yang dari kantornya yang kecil berusaha menyuarakan advokasi untuk persoalan-persoalan lokal pada tingkat dunia.

Tahun ini, untuk pertama kalinya saya mendapat kesempatan untuk mengenal dari dekat SVD dan Gereja dan masyarakat Filipina. Saya diundang untuk memberikan retret bagi dua kelompok SVD tentang tema kapitel umum serikat yang akan terjadi tahun depan. Saya bersyukur dapat menggunakan kesempatan itu untuk mengenal beberapa karya SVD, khususnya di wilayah Cebu, di mana selain menjalankan kerasulan pendidikan dan kesehatan, SVD pun terlibat aktif dalam karya-karya pendampingan masyarakat miskin dan tersisih. Saya diperkaya ketika menjumpai sama saudara, yang selain sibuk mengajar dan mengurus universitas atau rumah sakit, masih berkesempatan pergi ke wilayah-wilayah kumuh, ke tempat pengumpulan sampah, berbicara dengan para pekerja seks yang sudah atau terancam tertular HIV/AIDS.

Perjumpaan dengan para anggota SVD dan umat di berbagai tempat memperkuat keyakinan saya, bahwa Gereja sejatinya adalah sebuah tempat dan peristiwa perjumpaan yang membawa transformasi, sebuah perjumpaan yang terbuka bagi siapa saja.

Paus Fransiskus berbicara tentang budaya perjumpaan dan mengajak kita untuk keluar dari kemapanan demi menjumpai orang lain, teristimewa mereka yang menderita dan berkekurangan. Demikian pun, sebuah serikat religius adalah tempat dan peristiwa perjumpaan. SVD mempertemukan para anggota yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan suku.

Menurut data yang ada di Roma, sejak berdirinya di Steyl pada tahun 1875 hingga kini sudah ada 23.575 orang yang pernah terdaftar sebagai anggota SVD, 11. 285 kemudian memilih jalan hidup lain, 6280 meninggal sebagai anggota serikat, dan 6010 masih tercatat sebagai anggota. Para anggota yang sekarang berasal 74 negara dan bekerja di 84 negara. Kita akan mendapatkan angka yang amat besar kalau kita menghitung semua yang pernah menjumpai dan dijumpai para anggota serikat dalam hidup dan pelayanannya. Syukur untuk semua itu.

Natal adalah perjumpaan, terutama dengan yang tak terduga. Tuhan datang menjumpai kita dalam sosok anak yang dilahirkan oleh satu keluarga muda tanah orang. Kali ini, sebagai “kandang” Natal, dekorator di rumah kami di Roma membuat sebuah perahu dengan layar yang dipenuhi wajah anak-anak yang jadi korban kekerasan.

“Kandang” ini mengingatkan kita akan keberpihakan Tuhan dengan mereka yang amat sering tidak mendapat tempat dalam sistem ekonomi dan luput dari perhatian kita.

Semoga Tahun yang baru nanti membawa banyak perjumpaan yang berdaya ubah bagi kita.

Paulus Budi Kleden, SVD

Collegio del Verbo Divino

Via dei Verbiti 1

I-00154

 

Sumber: kabarmisionaris.com