Beranda SEPUTAR VATIKAN Urbi Workshop Sehari Komsos Dekenat Bekasi: Padat dan Berisi

Workshop Sehari Komsos Dekenat Bekasi: Padat dan Berisi

“KOMSOS Dekenat Bekasi paling aktif di KAJ,” demikian pujian Romo Harry Sulistyo, Ketua Komisi Komsos KAJ, ketika memberikan sambutan pembukaan lokakarya sehari Komsos Dekenat Bekasi (4/7) di aula Gereja Santo Servatius, Kampung Sawah, Bekasi.

1 juta kata serapan tiap hari
Romo Harry Sulistyo mengemukakan bahwa tiap hari manusia bisa menyerap satu juta kata. Dari semua itu, ada tiga hal yang paling dominan, yaitu:

  • kata yang menyakitkan
  • kata yang berbau pornografi
  • kata yang penuh kasih.

“Semoga lokakarya singkat ini bisa mengangkat hal ketiga menjadi yang utama,” demikian pesan Romo kelahiran Jakarta 20 Juli 1964 ini.

Lokakarya sehari bagi aktivis komsos di seluruh dekenat Bekasi ini mengambil tema Membangun Komunikasi Positif Berbudaya Kasih. Kegiatan yang dihadiri 30an peserta ini diisi pencerahan dari tim Sesawi.Net dan Eko dari Majalah Mogi.

Jurnalistik kata, foto, dan video
Sesawi.Net hadir dengan tiga pakar di bidang masing-masing. Mathias Hariyadi memberi pengantar tentang menulis, Diobowo bercerita tentang kekuatan foto, dan Pipit Prahoro membagi ilmu pemberitaan lewat video.

Perlu passion
Mathias Hariyadi, jurnalis senior yang pernah berkarya di Kompas, Fides Agenzia, dan AsiaNews mengemukakan rationale mengapa orang perlu menulis.

Visi pewartaan Kabar Baik melalui Sesawi.Net dan semangat para pengelolanya disharingkan Mathias Hariyadi untuk menyemangati para peserta melakukan pewartaan virtual. “Pemberitaan virtual bersifat online, timeless, dan cost efficient,” jelas co-founder sekaligus Pemred Sesawi.Net ini.

Passion dan komitmen diperlukan untuk mewujudkan dan menjaga kesinambungan website. Tanpa itu website akan mati suri,” pesan Mathias Hariyadi kepada para peserta.

Formula EDFAT dalam fotografi
Diobowo, dosen desain grafis dan fotografi di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), memberi tips singkat kepada para peserta bagaimana pengambilan foto peristiwa yang baik.

Dio menjelaskan tentang formula EDFAT yang bisa digunakan sebagai patokan dasar.
EDFAT singkatan dari Entire, Detail, Framing, Angle, dan Timing.

komsos3
Mengabadikan peristiwa dalam tulisan dan gambar fotografi menjadi bahan pembahasan dan diskusi dalam workshop sehari bersama para penggiat Komsos Dekenat Bekasi di Gereja Paroki St. Servatius, Kampung Sawah, Minggu 4 Juli 2015. (Royani Lim/Sesawi.Net)

Langkah pertama adalah menangkap keseluruhan peristiwa supaya pembaca langsung mengerti apa yang ingin diceritakan foto-foto tersebut. Kedua, memilih detil-detil yang bisa mewakili momen penting tiap peristiwa. Ketiga, bingkai setiap detil yang telah ditentukan. Keempat, eksplorasi setiap sudut yang paling kuat, dan terakhir tentukan saat yang tepat untuk merekam suatu momen.

Dio juga menerangkan tentang ilmu komposisi dasar dari fotografi. “Ingat the rule of thirds, simplicity, framing, repetition, lead to the line, dan color,” jelasnya satu persatu pengetahuan dasar tersebut.

Alat, teknik, rasa

Pipit Prahoro,  kameramen jurnalis yang punya jam terbang tinggi di berbagai kantor berita internasional – Reuters TV dan Fuji TV— turut memberikan ilmu kepada para peserta. “Tiga modal utama dalam jurnalisme foto, yaitu alat, teknik dan rasa,” jelasnya.

Pipit juga menjelaskan mengenai standar gambar yang layak, yaitu memenuhi kaidah fokus, cukup pencahayaan, audio jelas, stabil, lingkup detil, dan dengan durasi yang memadai.

Pengetahuan mengenai komposisi, cara shot, gerak kamera, sudut kamera sampai shooting rules juga diperkenalkan sedikit kepada para peserta. Sesi ditutup dengan pemutaran contoh jurnalistik video buruh batu belerang di Kawah Ijen, karya Pipit sewaktu di Reuters TV.

komsos2
Pipit Prahoro memberi paparan bagaimana mengabadikan peristiwa melalui gambar visual digital berupa film. (Royani Lim/Sesawi.Net)

Simpel itu jenius
Sesi berikut difasilitasi oleh Aloisius Eko Praptamto, Pemimpin Redaksi Majalah Mogi. Eko memulai pemaparan dengan mengajak para peserta untuk berpikir out of the box.

Selain perlu berpikir kreatif, Eko juga meminta agar peserta tidak memusuhi simbol titik. “Simpel itu jenius. Kata majemuk yang berkepanjangan tidak menunjukkan kehebatan penulisnya, tapi malah menyesatkan pembacanya,” jelas Eko.

Eko memaparkan bahwa menulis merupakan ekspresi pikiran dan perasaan, yang akan membangun tubuh, reinkarnasi diri, dan akhirnya berujung sebagai sarana pewartaan atau evangelisasi.

“Kegiatan ini akan berlanjut, ini baru merupakan brainstorming dan pengenalan bagi aktivis komsos Dekenat Bekasi. Berikutnya kami akan mengadakan workshop lengkap sesuai dengan kebutuhan dan minat para peserta,” jelas Hutomo Umhardani, Ketua Komsos Dekenat Bekasi kepada Sesawi.Net.