Malang – Gereja Katolik di Indonesia kembali menyelenggarakan Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) yang ke-12 di Keuskupan Malang. Acara tahunan ini menjadi ruang refleksi sekaligus arena kreativitas bagi para pegiat komunikasi sosial (Komsos) dari seluruh Indonesia. Dengan mengusung tema “Berbagilah dengan lemah lembut pengharapan yang ada di dalam hatimu” (1 Petrus 3:15-16), PKSN kali ini membumikan pesan Paus Fransiskus untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-59.

Rangkaian kegiatan PKSN dimulai sejak 11 Juni dan akan berlangsung hingga 15 Juni 2025, dipusatkan di STFT Widya Sasana dan sejumlah titik budaya dan pelayanan di Kota Malang dan sekitarnya. Hari ini, Kamis (12/6), acara resmi dibuka dengan perayaan ekaristi oleh Uskup Malang Monsinyur Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm diiringi Misa Inkulturasi dan tarian tradisional “Mamiri”.

Usai misa, seminar umum yang mengangkat langsung pesan Paus bertajuk “Menjadi Komunikator Pengharapan” digelar dengan menghadirkan narasumber Ketua Komisi Komunikasi Sosial dan Uskup Agung Medan Monsinyur Kornelius Sipayung OFM Cap, Prof. Richardus Eko Indrajit, dan RP I Wayan Marianta SVD. Dalam paparannya, mereka menyoroti tantangan komunikasi di era digital, di tengah maraknya disinformasi, polarisasi, dan dominasi algoritma. “Kita ditantang untuk melucuti komunikasi dari agresivitas dan menjadikannya ruang yang membangkitkan harapan,” ujar RP Wayan, merujuk pada isi pesan Paus Fransiskus yang dibagikan 24 Januari lalu.

Paus Fransiskus sendiri dalam pesannya menekankan pentingnya komunikasi yang tidak memprovokasi, tetapi merawat; tidak mendominasi, tetapi mendengarkan. “Saya memimpikan sebuah cara berkomunikasi yang membuat kita mampu menjadi teman bagi para peziarah yang lain… komunikasi yang membantu kita menjadi ‘peziarah harapan’,” tulisnya.

Rangkaian PKSN tidak berhenti pada seminar dan misa. Selama beberapa hari ke depan, para peserta akan dibagi ke dalam kelompok untuk mengikuti pelatihan komunikasi empatik, drama musikal bersama anak-anak SEKAMI, kunjungan budaya, hingga aksi pelayanan di Rumah Sakit Panti Nirmala dan Panti Waluyo Malang. Kegiatan ini mencerminkan semangat sinodalitas Gereja: berjalan bersama, mendengar, dan berbagi kisah harapan dalam wajah konkret masyarakat.

Puncak acara akan digelar Sabtu malam (14/6) di SMAK St. Albertus (Dempo) dengan pertunjukan seni dan refleksi bersama. PKSN akan ditutup dengan misa penutup pada Minggu pagi di Gereja Katedral Ijen, Malang.

“Bagi Gereja, komunikasi bukan sekadar keterampilan teknis, tapi cara mewartakan iman. Komunikasi adalah jalan menuju persekutuan,” kata Romo Jemmy Pantauw, ketua panitia, sembari menambahkan bahwa PKSN adalah momen Gereja belajar menjadi suara yang ramah di tengah kebisingan digital.

PKSN XII menjadi bukti bahwa harapan bukanlah sekadar konsep spiritual, melainkan tindakan yang diwujudkan lewat kata, cerita, dan perjumpaan yang menghidupkan. Seperti dikatakan Paus, “Harapan adalah risiko dari segala risiko. Namun komunikasi yang penuh kelembutan dapat menuntun kita ke dalam sejarah masa depan yang lebih manusiawi.”