Pada 29 Agustus 2017, selepas tahbisan tiga imam baru di Gereja Paroki Ko-Katedral St. Agustinus, Manokwari, saya mengedarai mobil dengan satu-satunya tamu terhormat: Mgr. Pius Datubara. Hari itu tepat pukul 12.00 WIT, kami menuju Rumah Makan “Sabar Menanti” di SP 1, Prafi. “Sabar Menanti” terkenal dengan ayam kukus yang khas dan istimewa dengan tingkat kelezatan tinggi sehingga siapa pun yang menyantapnya pasti lahap. Saya sengaja tidak memberi tahu Opung―panggilan akrab untuk Mgr. Pius Datubara―bahwa jarak Monokwari ke “Sabar Menanti” sekitar 50 km.

Kemudian, sekitar pukul 13.00 WIT, ketika perjalanan kami belum juga tiba, Opung mulai mengeluh. “Jauh nian rumah makan ini, bah!” Saya lalu menanggapinya, “Sabar, Opung, sabar, sedikit lagi.” Dan pukul 13.30 WIT, kami berdua mulai makan siang. Opung terlihat amat lahap sehingga saya pun memesan lagi dua porsi tambahan untuk dibungkus dan dibawa pulang. Opung tampaknya puas sekali.

Dalam perjalanan kembali ke Kota Manokwari, Opung dengan semangat terus bercerita di sepanjang jalan. Cerita yang tiada pernah menemui kata “putus” dari Sabang sampai Merauke. Cerita itu muncul dari kedalaman pengalaman hidup yang amat kaya dan spontan dari seorang penutur sekaliber Pius Datubara. Saya merasa beruntung mengalami pengalaman luar biasa, yaitu memiliki prime time berdua dengan beliau sepanjang hampir sepertiga hari.

Hari ini, 17 Oktober 2025, Opung Pius―yang bernama lengkap Alfred Gonti Pius Datubara―telah berpulang ke hadirat Sang Khalik di Medan. Kabar duka itu menyingkapkan pengalaman kebersamaan dengan Opung. Terngiang dalam kenangan seribu satu kisah mengenai Opung terkasih. Satu di antaranya adalah makan siang di “Sabar Menanti”. Tak luput pula dalam ingatan, beberapa tahun sebelum beliau berstatus Uskup Agung Emeritus dan bahkan sampai saat wafatnya, berarti dalam kurun waktu hampir―bahkan lebih―seperempat abad, Opung sungguh sabar dan telaten mengonsumsi aneka obat: sebelum makan; pada saat makan; dan sesudah makan. Lengkaplah hati kesabaran seorang Uskup Agung Pius Alfred Gonti Datubara.

Mgr. Pius Datubara termasuk salah satu Uskup yang begitu lama membaktikan diri dalam pengabdian episkopalnya. Ditahbiskan Uskup pada 29 Juni 1975, Opung Pius terhitung dengan masa emeritusnya, 50 tahun menjadi Uskup. Suatu kurun waktu yang lama sekali untuk sebuah pengalaman yang membutuhkan kesetiaan dan ketekunan. Masa-masa penggembalaan itu sudah pasti dilandasi dengan tingkat kesabaran yang luar biasa.

Opung Pius, selamat jalan… Pasti Opung tetap dengan hati kesabaran mendoakan ziarah pengharapan kami. 

+ H. Datus LegaUskup Manokwari-Sorong