Beranda BERITA Hore, Saya Bisa Menulis!

Hore, Saya Bisa Menulis!

Para peserta menulis kreatif sedang memperhatikan penjelasan Budi Sutedjo/(Mirifica.net/ John Laba)

Berlawanan dengan pemikiran orang kebanyakan, Redaktur Pelaksana Liputan6.com, Gabriel Abdi Susanto menyatakan, menulis itu gampang alias tidak sulit. Katanya, dalam Workshop Menulis Kreatif di Aula Magna Keuskupan Palangka Raya, Selasa 8 Mei 2018.

Sayang, pernyataan Abdi, begitu pria ini kerap disapa, tidak berlaku buat saya. Bagi mantan frater Serikat Yesus ini bisa jadi menulis itu gampang. Dia sudah 12 tahun bekerja sebagai wartawan di grup Kompas Gramedia dan 5 tahun di Liputan6.com. Nah, saya? Belum pernah mendapat ilmu jurnalistik, pengetahuan menulis pun tidak.

Meski katanya, Mbah Google bisa menjawab semua pertanyaan. Namun entah kenapa belum ingin bertanya padanya tentang “cara dan teknik menulis yang baik”. Tapi kok tiba-tiba kata-kata wartawan ini mengusik hati. Dalam batin saya, terbersit keinginan. Saya mau bisa menulis dan ingin menjadi penulis yang baik.

Saya mulai terganggu dengan kondisi di tempat kerja maupun lingkungan. Awalnya, saya coba bicara dengan mereka yang saya pikir kompeten mengubah keadaan. Ternyata tak berhasil, tak didengar, apalagi digubris. Akhirnya, tak ada perubahan, perbaikan. Semua sama seperti sebelumnya. Saya pun berakhir dengan kesal, marah, kecewa, dan sedih.

Saya sadar, rupanya, bicara saja tidak cukup. Bukan karena idealis, melainkan hanya butuh tempat menyalurkan atau menyampaikan pikiran, keprihatinan, pendapat, gagasan, ide, cita-cita atau apapun namanya.

Kupikir dengan tulisan, semua keprihatinanku bisa dibaca dan diketahui orang lain. Harapannya, keprihatinan itu mendorong munculnya perbaikan. Minimal untuk saya pribadi. Tulis menulis membantu saya mengurangi rasa bersalah. Setidaknya sudah berusaha memberi masukan demi terjadinya kemajuan dan perbaikan.

Saya rasa, inilah yang membuat saya ingin belajar menulis dan mengikuti workshop di Pekan Komsos Nasional Konferensi Waligereja Indonesia. Acara padat dua hari mulai pukul 08.00 sampai 17.00 WIB kubela-belain ikut. Sampai harus meninggalkan anak juga ibu yang sudah tua di rumah.

Apakah anak-anakku sudah makan? Apakah mereka tidak nakal dan cerewet? Apakah mereka tidak membuat neneknya terlalu lelah? Bagaimana kalau neneknya sakit?

Saya seolah berperang dengan batin saya, tetap ikut workshop sampai selesai atau pulang. Tapi kok pengalamam ini terlalu berharga. Terutama karena pembimbing dan narasumbernya sangat berpengalaman dan hebat. Apalagi mereka juga tulus dan sangat ingin membantu peserta pelatihan bisa menulis.

Ketiga narasumber menulis kreatif merupakan guru-guru yang hebat. Ini kesempatan langka. Saya bisa belajar langsung dari pakarnya. Maka, dengan bulat hati, saya putuskan harus mengikuti workshop sampai selesai, 2 hari penuh dan terlibat aktif.

Tapi apa yang terjadi? Kepalaku terasa berat dan pusing, seperti terbentur tembok. Ada banyak peraturan dan rambu-rambu yang harus dipahami dalam menulis. Workshop hari pertama selesai dengan rasa sedih.

Pesawat cita-citaku mungkin tidak akan pernah tinggal landas, tidak akan pernah sampai tujuan. Seperti saran Pak Budi Sutedjo mimpi yang saya terbangkan itu mungkin tidak akan pernah tercapai. Jangankan 1.000 artikel, satu saja mungkin tidak akan pernah selesai ditulis.

Buku? Apalagi buku. Jangankan menulis 100 buku, dengan target satu buku di tahun 2018 saja mungkin tak akan pernah terwujud juga. Namun, rupanya saat menulis ini sudah jam 01 dini hari lewat. Tepatnya jam 1.30 WIB. Berarti saya sudah duduk menulis sekitar 3 jam.

Saya tidak sadar, ternyata berhasil menulis hampir 1.000 kata, lebih dari 6.500 karakter (with space). Tanpa sadar, saya telah membuktikan pada diri sendiri bahwa saya bisa menulis. Terlepas dari mutunya, ternyata saya bisa menulis. Hore!

Saya memang belum setuju 100 persen bahwa menulis itu gampang. Tetapi saya percaya menulis itu bisa dilakukan, termasuk oleh saya dan peserta workshop lainnya.

Meski sedikit, tampaknya tumbuh satu harapan. Semoga suatu saat kelak, pesawat cita-citaku bisa mengantar 10 atau 20 artikel, satu atau dua buku yang kutulis sendiri. Rabu 9 Mei 2018, kucatat sebagai awal sejarah, peluncuran artikel pertamaku. “Saya bisa menulis, kamu bisa menulis, kita bisa menulis,”seruku dalam hati.

Penulis, Mayang Meilantina, peserta pelatihan menulis kreatif dalam Pekan Komsos Nasional KWI 2018 di Aula Magna, Wisma Unio Keuskupan Palangka Raya.