Beranda KWI KOMISI-KOMISI Eko Indrajit : Bijaklah Berkomunikasi di Media Sosial

Eko Indrajit : Bijaklah Berkomunikasi di Media Sosial

Peserta kegiatan Literasi Media sedang diskusi. (Mirifica.net/Romo Stefan Kelen)

Taat agama, sopan komunikasi. Itulah pesan yang dijadikan tagline Literasi Media yang diadakan dalam rangkaian Pekan Komunikasi Sosial Nasional KWI hari ketiga, 10 Mei 2018, di Keuskupan Palangka Raya.

Bertepatan dengan Pesta Kenaikan Tuhan Yesus ini, 130-an orang muda dari paroki-paroki se-Keuskupan Palangkaraya berkumpul di Aula Magna, Wisma Unio Keuskupan Palangka Raya mengikuti workshop ini. Utusan Keuskupan Palangkaraya ini bergabung dengan utusan dari beberapa keuskupan di provinsi lain seperti Keuskupan Ketapang, Pangkalpinang, Palembang, Makassar, Pontianak, Samarinda, Tanjung Karang, Surabaya, Medan.

Tidak tanggung-tanggung, sesi pertama di hari ketiga ini langsung menghadirkan seorang profesor teknologi informasi, Eko Indrajit. President of International Association of Software Architect ini langsung langsung menguji peserta dengan rentetan pertanyaan. Setidaknya ada 10 pertanyaan berbau teknologi.

Selanjutnya, diselingi dengan candaan Eko menyebutkan, kita sering menilai seseorang berdasarkan persepsi. “Misalnya saat melihat Mr. Bean. Pikiran kita langsung berasosiasi dengan banyak hal seperti jorok, diam, konyol dan lain-lain,”ungkapnya.

Padahal menuruf Eko, dalam kehidupan sehari-hari Mr Bean yang aslinya bernama Rowan Atkinson ini adalah lulusan Universitas Oxford dan pernah menjadi pilot dadakan ketika pilot asli pingsan dalam perjalanan.

Bagi Eko, persepsi sama dengan realitas. Ini membuat kita sering menjebak kita dan menjadi pintu masuk hoaks.”Kalau melihat kembali tujuan komunikasi adalah mempengaruhi individu atau seseorang sehingga hal yang diinginkan terpenuhi, komunikasi dalam hal ini merupakan sebuah cara,”terangnya.

Eko lalu memaparkan perbedaan komunikasi dari zaman ke zaman.”Tahun 1980-an, orang melakukan komunikasi verbal, face to face. Tetapi sekarang, memakai medium seperti whatsapp dan pesannya diungkap lewat emotion dan ikon,”tuturnya.

Eko mengakui, komunikasi melalui medium mempunyai kelemahan.”Tidak melihat reaksi langsung, tidak merasa sungkan, tidak mendengar keluhan, tidak mencium keanehan dan tidak menyentuh fisik,”ujarnya.

Dalam realitas komunikasi seperti inilah, hoaks berkembang secara masif. Berita hoaks mempengaruhi seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya. Maka Eko mengusulkan perlunya literasi digital. Ini artinya, dalam dunia digital kita harus mampu menggunakan, pandai memilah, bijak memanfaatkan, sadar akibat, sebar pengetahuan dan hindari kejahatan.

Mengutip pesan Bapa Suci Fransiskus, Eko menyatakan bahwa ponsel, gawai, internet, dan alat-alat komunikasi lainnya itu pada dasarnya sifanya netral. “Mens Sana In Corpore Sano. Judul ke sini isinya ke sono. Mari mulai sekarang kita bijak berkomunikasi di media sosial,”pungkas Eko.

(Romo Mardianus Indra/Stefan Kelen)