Beranda KWI Keluarga Mesti Menjadi Persekutuan yang Menguduskan Anggotanya

Keluarga Mesti Menjadi Persekutuan yang Menguduskan Anggotanya

KELUARGA mestinya menjadi persekutuan yang menguduskan, tempat orang belajar menghayati kelemahlembutan, keadilan, belaskasih, cintakasih, kemurnian, kedamaian dan ketulusan hati.

“Dengan demikian keluarga menjadi Gereja Rumahtangga.”ujar Dosen Filafat di Seminari Tinggi St. Michael, Penfui-Kupang Dr.Norbertus Jegalus dalam seminar puncak Pekan Komunikasi Sosial Nasional – Konferensi Waligereja Indonesia (PKSN-KWI) di Aula Lux ex Oriente, Katedral Sorong, Papua, Sabtu (16/5/2015).

Sebagaimana disampaikan oleh Paus Yohanes Paulus II, Norbetus menyebutkan bahwa keluarga lebih dari realitas insani. Ia tetaplah lembaga sosial yang tak bisa dan tak boleh diganti. Ia adalah tempat kudus kehidupan.

“Dengan ini Yohanes Paulus II mengingatkan bahwa keluarga kristiani sebagai gambaran Allah yang diciptakan dengan kasih dan mencerminkan keagungan ilahi. Inilah dasar terdalam dari keluarga sebagai communio personarum (persekutuan pribadi-pribadi),”ujar Norbertus.

Dalam kerangka teologi communio personarum itulah Gereja senantiasa berbicara tentang tugas panggilan setiap keluarga kristiani untuk menampilkan wajah Allah dalam seluruh hidupnya, karena suami-isteri dan anak-anak adalah pribadi-pribadi yang mengambil bagian dalam pribadi ilahi.

Karena itu, nilai-nilai yang hakiki bagi keluarga hanya dapat dicapai, kalau suami-isteri saling memberikan diri sendiri secara total dalam perkawinan. Mereka membentuk komunitas kasih dan hidup serta mau menerima sepenuhnya anugerah hidup baru dalam prokreasi dan pendidikan.

Suami-isteri sebagai orangtua atas anak-anak ini memberi hidup baru bagi “rumah” tempat anak-anak bisa tumbuh dan berkembang sebagai pribadi. Di sinilah anak-anak bisa bertumbuh dan berkembang sebagai seorang pribadi manusia yang berkodrat individu dan sosial.