Beranda BERITA Ketua KWI : Kebersamaan dalam KWI Tidak Ganggu Otonomi Para Uskup

Ketua KWI : Kebersamaan dalam KWI Tidak Ganggu Otonomi Para Uskup

Ignatius Kardinal Suharyo memimpin ekaristi pemberkatan Gedung KWI, di Hall Henry Soetio Lantai 8, Jakarta (15/05/2024). Foto : Abdi-Komsos KWI

“Kalau ada 37 uskup bersidang, yang muncul hanya satu pesan sidang. Itu terjadi karena ada kolegialitas di antara para uskup. Sekalipun masing-masing uskup memiliki pendapat dan pandangan berbeda, mereka memiliki semangat yang sama,”ujar Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Anton Subianto OSC dalam perayaan ekaristi pemberkatan Gedung KWI, di Jalan Cut Meutia 10, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (15/05/2024).

Kolegialitas, menurut Uskup Anton merupakan persekutan dalam kebersamaan dan kebersamaan dalam persaudaraan semartabat. Karena itu, saat para uskup ini bertemu dalam sidang, kata Anton, pasti membicarakan hal-hal yang menjadi keprihatinan bersama terkait bangsa dan gereja, serta bagaimana mengembangkan kesadaran bersama mengatasi keprihatinan tersebut.

“Itulah sinergitas para uskup dengan saling memperkaya dan memberdayakan satu sama lain sehingga menjadi kekuatan yang lebih besar dalam gerakan moral, sosial, kultural, dan spiritual,”ujar mantan Provinsial Ordo OSC masa bakti 2010–2013 dan 2013–2016 ini.

Kolegialitas dan sinergitas, kata pria lulusan Seminari Menengah Mertoyudan tahun 1984 ini, sebenarnya mengungkapkan unsur yang jauh lebih mendasar yakni sinodalitas, kesadaran dan gerakan berjalan bersama. Sinodalitas, kata Uskup Anton mengutip pesan Bapa Susi, merupakan elemen konstitutif gereja, yang tanpanya tak ada gereja sesungguhnya. “Hakikat gereja adalah berjalan bersama. Sinodalitas ini mutlak untuk membangkitkan semangat misioner umat Allah dan komitmen oikumene menuju kesatuan murid-murid Kristus,”kata Anton.

Sinodalitas, lanjut Uskup Anton, membuka ruang bagi terwujudnya kesatuan dalam keberagaman, juga keberagaman karunia. “Dalam injil hari ini, kita mendengar Yesus menghendaki agar manusia menjadi satu dan hidup rukun damai. Maka Yesus berdoa kepada Bapa agar Bapa menjadikan murid-muridNya satu. Jadikanlah mereka satu. Yesus mohon pada Bapanya dan doa ini kita dengarkan.”ujar Anton.

Terwujud dalam Kolegialitas KWI
Kesatuan Yesus dengan Bapa dalam Roh Kudus terungkap dalam doa doksologi sebelum didaraskannya doa Bapa Kami yang sering kita daraskan saat merayakan ekaristi. Inilah bentuk kesatuan Yesus dengan para muridNya. Doa Yesus agar mereka menjadi satu sama seperti Yesus dan BapaNya ini terwujud dalam kolegialitas dan sinergitas para uskup. “Para uskup memiliki otonomi masing-masing dan otoritas penuh di bawah Bapa Suci pengganti Rasul Petrus. Kebersamaan dalam KWI tidak mengganggu otonomi para uskup tapi justru mendorong uskup bersinergi satu sama lain,”ujar Anton.

Sinergi yang dimaksud adalah sinergi untuk menyemangati pelayanan sakramental, memperkaya karya pastoral dan saling menumbuhkan otoritas sebagai gembala umat di tempat masing-masing yang mau dan mampu menjaga diri agar menjadi teladan bagi domba-dombanya dan menjaga seluruh kawanan yang dipercayakan dengan pelayanan yang penuh kasih sebagaimana disampaikan Paulus kepada para penatua efesus dalam bacaan pertama.

KWI menjadi tanda nyata kesatuan para murid Yesus yang dirindukan dan didoakan Yesus. Yesus minta kita sendiri bersatu. “Kolegialitas para uskup kiranya menjadi model kesatuan surgawi persekutuan ideal yang harus dikembangkan dalam komunitas gerejani apa pun dan dimana pun sebagaimana dihidupi oleh Gereja Perdana Yerusalem yang berjalan bersama sehati sejiwa,”ujar Anton.

Sinergitas para uskup, kata Uskup Anton, kiranya menjadi energi pelayanan pastoral dan sakramental di tengah umat serta menjadi daya bagi pelayanan sosial dan kesaksian moral di tengah masyarakat. Sinodalitas yang diharapkan sungguh terwujud dalam kolegialitas dan sinergitas para uskup dalam kebersamana dan persaudaraan serta dalam kerjasama dan pemberdayaan.

Gedung KWI merupakan tanda fisik, material dari semangat sinodal para sukup. Dimana para uskup dengan sepakat menyatakan mari kita membangun gedung pastoral yang layak digunakan.