Home BERITA Konpernas XXV PSE – Bumi Menjerit Tak Berdaya; Ada Data yang Mencengangkan!

Konpernas XXV PSE – Bumi Menjerit Tak Berdaya; Ada Data yang Mencengangkan!

Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Umat Katolik, Yesus Juruselamat, Caritas Indonesia, SGPP KWI, PSE KWI, Denpasar-Bali, 2022
dok: Komsos Denpasar

MIRIFICA.NET, Denpasar – Populasi manusia dunia dewasa ini semakin banyak dan pasti memerlukan kebutuhan untuk kehidupan yang layak. Sementara bumi tempat berdiamnya manusia punya kapasitas dan daya dukung terbatas.

Selain kapasitas dan daya dukung bumi yang terbatas, akibat ulah manusia sendiri kerusakan alam berikut keanekaragaman hayati di dalamnya pun sangat masif. Kondisi ini menjadi tantangan serius dunia internasional.

Hal tersebut diungkapkan Manajer Pilar Ekonomi Pembangunan/SDG’s Bappenas RI, Setyo Budiantoro, ketika tampil sebagai narasumber pada Konpernas XXV PSE KWI, dalam panel diskusi hari kedua Selasa (31/5) di Kuta-Bali. Budiantoro berbicara tentang Konsep Pembangunan Ekonomi Ekologi.

Dalam panel diskusi ini juga tampil Pemerhati Lingkungan Hidup yang juga seorang Imam Katolik RP. Andang L. Binawan, SJ, yang memberikan pencerahan mengenai Spiritualitas Ekonomi Ekologis.

Lebih lanjut Budiantoro menyodorkan data yang sangat mencengangkan. Mantan Sekjend Pengurus Pusat PMKRI itu mengatakan, kapasitas dan daya dukung bumi hanya mampu menampung 8 miliar manusia, celakanya saat ini total populasi manusia sudah mencapai 7,8 miliar.

Persoalan itu tidak hanya menjadi tantangan serius tetapi sudah sangat mengkwatirkan. Apalagi di hadapkan pada kenyataan bahwa kondisi bumi dan alam semesta saat ini tidak sedang baik-baik saja, tetapi sudah menjerit tanpa berdaya, bertambah lagi dengan kerusakan yang parah akibat eksploitasi yang berlebihan.

“Data lain menyebutkan bahwa di beberapa belahan dunia, seperti di beberapa wilayah di India, ada yang suhunnya sudah lebih dari 50 derajat,” imbuhnya.

Menghadapi kenyataan itu, menurut Setyo Budiantoro, sangat diperlukannya transformasi besar sosial ekonomi ekologis.

“Apa yang perlu kita dilakukan? Perlu semangat transformasi. Kita butuh transformasi besar sosial ekonomi ekologis,” katanya.

Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Umat Katolik, Yesus Juruselamat, Caritas Indonesia, SGPP KWI, PSE KWI, Denpasar-Bali, 2022
dok: Keuskupan Denpasar

Peringatan Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si, kata Budiantoro, bahwa perbuatan manusia sudah sangat merusak alam bukan sekedar kata-kata belaka. Ditambah lagi persoalan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang kian melebar.
.
“Kejahatan terbesar manusia adalah merusak lingkungan. Melukai lingkungan adalah melukai diri kita sendiri,” katanya mengutip kata-kata Paus.

Oleh sebab itu, maka yang diperlukan saat ini adalah perlunya transformasi pembangunan berkelanjutan yaitu upaya bagaimana manusia memenuhi kebutuhan yang sekarang dengan tidak mencuri kehidupan masyarakat atau generasi yang akan datang.

“Keberlanjutan yang kita inginkan adalah kebutuhan saat ini dipenuhi tanpa merampas kebutuhan generasi yang akan datang. Maka perlu pengelolaan lingkungan secara baik. Kita tidak boleh mengambil hak generasi yang akan datang. Kemungkinan konflik di masa depan itu tinggi sekali, bisa lebih dari 11%,” ungkapnya.

Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Umat Katolik, Yesus Juruselamat, Caritas Indonesia, SGPP KWI, PSE KWI, Denpasar-Bali, 2022
dok: Komsos Denpasar

Dengan demikian, menurut Budi, begitu biasa disapa, konsen perhatian utama dalam isu ekonomi dan ekologi tidak lain pada tiga hal itu yakni pengelolaan sosial (budaya), ekonomi dan lingkungan harus diupayakan menjadi satu nafas.

Khusus dalam konteks Indonesia, Budi melanjutkan, bahwa bangsa ini sedang mengalami bonus demografi dan beberapa tantangan rill yang harus dihadapi. Dalam arus tantangan itu, Indonesia justri bercita-cita menjadi negara maju pada tahun 2045 saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan.

“Indonesia bercita-cita menjadi negara maju pada 2045, padahal tantangan kita banyak, tantangan covid 19, pengangguran, kemiskinan, stunting, kesenjangan sosial yangmeningkat, dan sebagainya,” imbuhnya.

Untuk itu, dalam konteks Indonesia perlu redesain transformasi ekonomi yang lebih inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Dalam mencapai itu, dibutuhkan strategi-strategi.

Budiantoro menguraikan enam (6) strategi yang harus dilakukan dalam membangun ekonomi berkelanjutan yaitu SDM berdaya siang, produktvitas sektor ekonomi, ekonomi hijau, transformasi digital, integrasi ekonomi domestik dan pemindahan IKN. *

Kontributor: Hironimus Adil

Baca juga: Konpernas XXV PSE KWI – Dalam Kerasulan Sosial Ekonomi Paling Utama adalah Manusia