Home BERITA Konpernas XXV PSE; Gerakan Sosial Ekonomi Ekologis Sebagai Gerakan Iman

Konpernas XXV PSE; Gerakan Sosial Ekonomi Ekologis Sebagai Gerakan Iman

Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Umat Katolik, Yesus Juruselamat, Caritas Indonesia, SGPP KWI, PSE KWI, Denpasar-Bali, 2022
RP. Andang L. Binawan,SJ menerima plakat yang diberikan Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM Cap/dok: Komsos Denpasar

MIRIFICA.NET – Hari kedua, Selasa (31/5) Konpernas PSE KWI di Kuta, Bali, para penggerak PSE yang datang dari seluruh Indonesia mendapatkan pencerahan berupa masukan dari para narasumber yang dihadirkan oleh penyelenggara.

RP. Andang L. Binawan, SJ, merupakan salah satu narasumber, yang tampil dalam panel diskusi bersama satu narasumber lainnya yaitu Setyo Budiantoro.

Rm. Andang, demikian akrab disapa, memberikan pencerahan mengenai Spiritualitas Ekonomi Ekologis.

Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Umat Katolik, Yesus Juruselamat, Caritas Indonesia, SGPP KWI, PSE KWI, Denpasar-Bali, 2022
RP. Andang L. Binawan,SJ, saat memaparkan materi/dok: Komsos Denpasar

RP. Andang Binawan, di awal pemaparannya mengingatkan seluruh penggerak PSE maupun Gereja umumnya untuk menjadikan gerakan ekonomi ekologis sebagai gerakan iman.

“Prespektif iman itu yang paling penting bukan agama, ini menunjukan bahwa yang lebih penting itu adalah iman. Iman itu sama dengan jatuh cinta pada Tuhan. Agama itu supporting iman saja. Sehingga iman yang paling pokok,” tegasnya.

Paus Fransiskus melalui Laudato Si, lanjutnya, sangat terinspirasi oleh St. Fransiskus Asisi. Apa yang paling menonjol dari St. Fransiskus adalah sikap perdamaian, baik dengan sesama manusia maupun dengan ciptaan lain yang dianggapnya sebagai saudara. Persaudaraan dengan semua mahluk ciptaan itu yang menjadi inti dari Laudato Si.

Romo Andang, mengingatkan,”Penggerak PSE tidak cukup hanya memberi makan, memberi minum, dan pakaian. Tetapi perlu dipikirkan mengapa orang lapar. Orang lapar bukan hanya karena tidak punya makan, bukan hanya karena akibat struktur sosial yang tidak adil, tetapi Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa banyak tanah yang rusak, banyak air yang debitnya berkurang, udara yang kotor, yang menyebabkan orang lapar, haus, sakit dan sebagainya.”

Dalam kerusakan lingkungan hidup maupun aneka persoalan lainnya, menurut Rm. Andang, Gereja tidak berada di luar, tetapi ada di dalam. Saat Gereja diam terhadap persoalan itu, berati Gereja juga ikut merusak alam.

“Gereja bukan sekedar pihak luar dalam aneka persoalan, tapi Gereja harus menjadi seminari (tempat persemaian) dan itu adalah bagian dari ekspresi iman. Iman itu bukan hanya supaya orang menjadi baik tetapi iman juga harus mampu menjadi berkat bagi orang lain,” katanya.

Di sisi lain, Romo Andang bicara soal keadilan. Keadilan, yang dibutuhkan menurut Jesuit ini, bukan hanya sebatas keadilan sosial, tetapi keadilan eko-sosial.

Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Umat Katolik, Yesus Juruselamat, Caritas Indonesia, SGPP KWI, PSE KWI, Denpasar-Bali, 2022
dok: Komsos Denpasar

“Laudato Si, sungguh mengajak kita untuk menyadari bahwa alam lingkungan ini adalah rumah bersama. Kita harus bisa berdialog dengan agama-agama lain terkait penyelamatan rumah bersama ini. PSE bisa menjadi jembatan dalam menghubungkan kehidupan sosial dengan masyarakat lain di Indonesia,” ajaknya.

Ekologi itu, lanjutnya berasal dari bahasa Yunani ‘oikos’ yang berarti rumah dan seisinya, dan ‘logos’ (ilmu). Maka, ekologi itu terkait dengan ekonomi ‘oikos dan nomos’ yang berarti pengaturan rumah tangga. Seharusnya ekologis itu mendahului ekonomi.

Kebutuhan ekonomi, katanya, selalu terkait dengan ego, mencari keuntungan atau kebutuhan untuk kehidupan, tetapi harus dikelola dengan iman juga. “Cari untung boleh, tetapi jangan berlebihan. Segala yang berlebihan itu tidak baik. Kesadaran semacam ini hanya bisa dengan iman,” katanya.

Namun, yang terjadi saat ini adalah eksploitasi alam yang sangat berlebihan. “Maka Paus mengajak kita untuk bertobat secara ekologis, karena kita telah berdosa terhadap ekologis,” ujarnya.

Lebih jauh Pemerhati masalah Lingkungan Hidup itu menegaskan bahwa Gereja itu terpanggil untuk bertumbuh dan berbuah. Dalam konteks PSE panggilan ini diimplementasikan dengan empat hal yaitu aksi karitatif, pemberdayaan, advokasi dan membangun habitus/tempat persemaian.

Menurut Romo Andang, bukan soal seberapa banyak (kuantitas) apa yang telah dan akan dilakukan, tetapi soal kualitas.

Gereja Katolik Indonesia, Iman Katolik, Injil Katolik, Katekese, Katolik, Kitab Suci, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, Penyejuk Iman, Pewartaan, Umat Katolik, Yesus Juruselamat, Caritas Indonesia, SGPP KWI, PSE KWI, Denpasar-Bali, 2022
dok: Komsos Denpasar

Di bagian akhir Rm. Andang menegaskan kembali bahwa akar utama gerakan sosial Gereja itu adalah iman. Diharapkan melalui gerakan sosial ekonomi ekologis para penggerak PSE, Gereja semakin bertumbuh dan akhirnya berbuah. “Buah itu tidak lain adalah menjadi berkat bagi orang lain,” pungkasnya.

 

Konpernas XXV PSE hari kedua, juga diawali dengan Pengarahan Ketua PSE KWI Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM.Cap, juga diisi Laporan dari Badan Pengurus PSE KWI 2017-2022, serta shering Regio mengenai implementasi amanat Konpernas XXIV PSE KWI serta usul saran.

Kontributor: Hironimus Adil

Baca juga: Keragaman Indonesia dalam Pembukaan Konpernas Komisi PSE; Isu Utama Wujudkan Gerakan Sosial Ekonomi Ekologis