Home BERITA Pertemuan Rektor Seminari Se-Indonesia: Romo J. Kristanto Suratman: “Pentingnya Human Formation dalam...

Pertemuan Rektor Seminari Se-Indonesia: Romo J. Kristanto Suratman: “Pentingnya Human Formation dalam Pendidikan Seminari”

MIRIFICA.NET – Romo Joseph Kristanto Suratman selaku Sekretaris Komisi Seminari KWI menegaskan pentingnya Human Formation dalam pendidikan seminari dihadapan 60 rektor seminari se-Indonesia pada 26 Juni 2022 di pleno penutup Pertemuan Rektor Seminari Se-Indonesia bertempat di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan.

Human formation atau pendampingan dimensi manusiawi menjadi penting supaya luka-luka batin dalam diri seminaris atau calon imam dapat diatasi sebelum memasuki jenjang seminari tinggi. Hal ini penting dikarenakan banyak calon imam tingkat dasar yang membawa luka mungkin mendapatkan pendampingan yang keras, ditinggalkan orang tua, kekurangan afeksi yang jika tidak teratasi akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Luka-luka tersebut diharapkan diolah dengan baik supaya seminaris siap menerima pendampingan dimensi spiritual, dimensi intelektual, dan dimensi pastoral. Selain itu, pentingnya human formation adalah menjadikan calon imam memiliki kematangan baik secara fisik, psikis, intelektual, dan emosional.

Para rektor juga terlibat aktif dalam pleno dan berdiskusi bersama untuk mengembangkan formansi di masing-masing seminari. Setelah pleno, pertemuan ini ditutup dengan perayaan ekaristi konselebrasi dengan selebran utama Rm Joseph Kristanto Suratman bersama Rm Guido Suprapto dan Rm Hans Monteiro, perayaan ekaristi diiringi oleh Jogja Chatolic choir. Pada ekaristi penutup, Rm Kristanto mengingatkan supaya para formator tidak lelah mendampingi para formandi dan yang selalu siap dalam perutusan serta menjalaninya sepenuh hati.

Mgr. Robertus Rubiyatmoko selaku Ketua Komisi Seminari, menekankan kembali kepada para formator supaya selalu semangat dalam pembinaan para seminaris dengan meningkatkan pendampingan personal seperti menaruh perhatian lebih pada penyelesaian luka-luka batin dalam keluarga dan mampu mendeteksi dini orientasi seksual dan penanganan terhadap orientasi LGBT dalam diri seminaris. Dalam formatio juga perlu melibatkan psikolog dalam pendampingan. Selain itu, Mgr. Robertus Rubiyatmokok juga mengingatkan para Rektor untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan penghayatan sebagai bagian para imam dangan membangun hidup berkomunitas. Seminaris juga perlu dikenalkan dengan tantangan real ke depan dalam hidup dan pelayanan imam termasuk dalam keugaharian dan kearifan dalam bermedia sosial. Pendataan diri calon imam secara berkelanjutan sejak masuk seminari sangat berguna bagi formatio berkesinambungan setelah seminaris ditahbiskan.

Proficiat para Romo Rektor. Selamat Melayani. *UPPKAS