Home KATEKESE Santa Lidwina : 14 April

Santa Lidwina : 14 April

14 April, Biarawan, Bunda Maria, gereja katolik, gereja Katolik Indonesia, katekese, katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Lawan Covid-19, martir, Para Kudus, Para Kudus di Surga, Pengaku Iman, Santa Lidwina, Santa Magdalena de Canossa, Santa Waltrudis, Santa Yulia Billiart, Santo Benediktus Moor, Santo Paus Martin I, Santo Richard dari Chichester, Santo Stanislaus, Santo Vinsensius Ferrer, Santo Yohanes Baptista de la Salle, Santo Yulius I Paus, Umat Katolik, Uskup dan Pengaku Iman, Yesus Kristus

LIDWINA adalah seorang gadis Belanda yang lahir pada tahun 1380. Ayahnya adalah seorang bangsawan miskin, dan ibunya berasal dari kalangan rakyat jelata yang juga sangat miskin. Ketika berumur  lima belas tahun, Lidwina mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Mungkin saja ia akan menjadi seorang biarawati kelak. Tetapi, suatu siang, terjadi peristiwa yang akan mengubah seluruh hidupnya.

Lidwina pergi bermain sepatu luncur bersama teman-temannya. Salah seorang dari mereka secara tak sengaja menabraknya. Lidwina terpelanting keras ke atas es dan tulang rusuknya patah. Ia amat kesakitan. Kecelakaan itu menimbulkan masalah-masalah lain pula. Hari-hari selanjutnya, Lidwina mengalami sakit kepala yang amat hebat, mual, demam, rasa sakit di sekujur tubuhnya dan rasa haus.

Dengan menangis Lidwina mengatakan kepada ayahnya bahwa ia tidak sanggup lagi menahan sakit. Namun demikian, rasa sakit itu malahan menghebat. Bisul-bisul mulai bermunculan di wajah dan tubuhnya. Satu matanya menjadi buta. Dan pada akhirnya, ia tidak lagi dapat meninggalkan pembaringan.

Lidwina sangat sedih dan putus asa. Mengapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi padanya? Apa yang Tuhan inginkan darinya? Lagipula, apa yang masih dapat ia persembahkan kepada-Nya? Pastor Yohanes, imam parokinya, datang mengunjungi serta berdoa bersamanya. Pastor membantunya merenungkan segala penderitaan yang harus ditanggung Yesus. Lidwina mulai sadar akan hadiah indah yang akan ia persembahkan kepada Yesus: ia akan menderita bagi-Nya. Ia akan mempersembahkan segala penderitaannya untuk menghibur Dia, yang telah menderita begitu hebat di salib. Penderitaannya dipersembahkannya sebagai suatu doa yang indah kepada Tuhan. Sedikit demi sedikit Lidwina mulai mengerti.

Selama tiga puluh delapan tahun Lidwina menderita. Rasanya mustahil ia dapat bertahan hidup dalam keadaan yang sedemikian parah. Tetapi sungguh, ia bertahan. Tuhan memberinya penghiburan dalam berbagai cara. Lidwina memiliki Devosi yang mendalam pada Sakramen  Ekaristi. Suatu hari Ia mulai menerima karunia penglihatan  di mana Tuhan menunjukkan kepadanya Surga dan Api pencucian (Purgatory). Ia juga dikaruniai pengalaman untuk merasakan sengsara Yesus, dan dikunjungi oleh orang-orang kudus yang datang menghibur dan memberkatinya. Satu-satunya makanan yang dimakannya selama  19 tahun terakhir hidupnya  adalah Ekaristi.

Otoritas Gereja setempat pernah menuduhnya dirasuki setan  hingga untuk itu ia kemudian diuji oleh para imam yang kemudian menyatakan bahwa yang dialaminya adalah benar berasal dari Tuhan. Pada tujuh tahun terakhir hidupnya santa Lidwina menjadi buta.  Banyak orang kemudian datang mengunjungi  Lidwina di kamar kecilnya yang sederhana.  Ia berdoa kepada Tuhan dan rela menderita bagi ujud-ujud para tamunya. Mereka tahu bahwa Tuhan mendengarkan doa-doa Lidwina.

Santa Lidwina tutup usia pada Hari paskah tanggal 14 April 1433. Empat abad kemudian; tanggal  14 Maret 1890 ia dinyatakan Kudus oleh Paus Leo XIII.

Sumber: katakombe.org

Inspirasimu: Santo Paus Martin I : 13 April