Beranda KATEKESE Santo Arsenius Agung : 19 Juli

Santo Arsenius Agung : 19 Juli

19 Juli, katekese, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, Para Kudus di Surga, Santo Arsenius Agung, Santo Frederikus, Santo Paus Leo IV, Perawan Maria dari Gunung Karmel , Santo Bonaventura, Santo Kamilus de Lellis, Santo Yohanes Gualbertus, Ketujuh Putranya, Santo Paus Adrianus III, Santo Santa, Teladan Kita, Bunda Maria, Rosario, Katekese, Para Kudus, Katolik, Minggu Biasa XVI, Gereja Katolik Indonesia, Katolik, Katekese, Umat Katolik, Lawan Covid 19
Ilustrasi

Ia lahir pada sekitar tahun 350 M di kota Roma dalam sebuah keluarga bangsawan Kristen yang saleh. Setelah kedua orang tuanya meninggal, seorang saudarinya masuk biara dan menjadi biarawati, sementara Arsenius yang terkenal jenius dan bijaksana, mengejar karier politik di istana kaisar Theodosius di Konstantinopel.

Pada tahun 383 M, Arsenius diangkat menjadi guru besar istana dan tutor bagi pangeran mahkota Arcadius dan adiknya pangeran Honorius. Jabatan ini tentu saja membuatnya menjadi kaya-raya dan sangat dihormati. Harta miliknya yang berlimpah itu dipergunakannya untuk bersenang-senang dan memuaskan semua hasrat dan nafsu duniawinya.

Setiap hari ia hidup berfoya-foya mengejar kesenangan dunia, namun dalam hatinya ia tetap resah dan tidak pernah merasa tenang. Hingga suatu saat ia dapat menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak akan pernah bisa diperoleh dengan harta dan kemewahan dunia.

Ia mulai merobah cara hidupnya dengan lebih banyak meluangkan waktu untuk merenungkan makna kehidupannya di dunia ini. Lambat laun berkat rahmat Allah yang dicurahkan kepadanya, ia mulai menyadari akan kehampaan dan kesia-siaan dari kekayaan duniawi.

Dalam renungan-renungannya untuk lebih memahami makna kehidupan, Arsenius terus memohon bimbingan Roh Kudus atas dirinya. Dengan cara inilah, ia mulai memperoleh ketenangan batin yang didambakannya.

Suatu hari ia berdoa dengan khusuk, dan dengan berlinang air-mata ia berkata; “Tuhan, ajarilah aku cara agar jiwaku dapat diselamatkan.” Tuhan pun berkenan menjawab doanya melalui Kitab Suci. Setelah selesai berdoa, secara kebetulan Arsenius membuka kitab Matius dan menemukan ayat ini :

…Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?… (Mat 16:26)

Keesokan harinya Arsenius mengundurkan diri dari jabatannya, meninggalkan semua sahabat dan kenalannya lalu berlayar ke Alexandria Mesir. Ia tiba disana sekitar tahun 400 M. Arsenius lalu bergabung dengan para pertapa kristen lainnya di padang gurun Mesir, dan mulai hidup bertapa dengan keras. Dalam keheningan padang gurun dan mati-raga yang keras, Arsenius dapat mencapai kemajuan dalam hidup spiritualnya. Ia menjadi seorang manusia baru yang kudus dan rendah hati.

Suatu saat di sekitar tahun 434 M, Arsenius mendengar suara Tuhan : “Arsenius, carilah sebuah tempat yang lebih sunyi, karena keheninganlah dasar keselamatan”. Dengan patuh Arsenius pergi dari pertapaannya yang pertama. Ia berpamitan kepada teman-temannya dengan mengatakan :

“Tuhan tahu betapa besar cinta kasihku kepada kalian. Akan tetapi tidak mungkinlah bagiku untuk bersama-sama bergaul dengan Tuhan dan manusia…”. Arsenius lalu pergi lebih jauh dipadang gurun dan mendirikan sebuah gubuk pertapaan yang jauh dari para pertapa lainnya.

Di pertapaan yang baru, kehidupan rohani Arsenius semakin berkembang. Banyak mujizat dapat ia lakukan, hingga tersebarlah kabar tentang pertapa kudus ini. Banyak orang datang kepadanya meminta penyembuhan dan bimbingan rohani.

Biasanya ia tidak banyak bicara. Jawaban dan petunjuk-petunjuknya serba singkat, namun sangat tepat dan bijaksana. Kadang ia hanya diam dan menutup mata, namun tetap memberi bimbingan kepada para pengunjungnya dengan berkomunikasi melalui pikiran mereka (telepati). Kadang ia hanya mengajak para pengunjungnya untuk berdoa bersama. Setelah habis berdoa bersama, penyakit mereka pun sembuh.

Beberapa kali ia harus berpindah ke tempat pertapaan yang jauh lebih sunyi agar dapat lebih menghayati kebersamaannya dengan Tuhan. Namun umat tetap selalu saja dapat menemukannya. Selama lima puluh lima tahun Arsenius hidup berkelana di padang gurun Mesir. Ia selalu berpindah-pindah tempat, mencari keheningan agar dapat bersama Yesus yang ia cintai sembari memberi bimbingan rohani dan menyembuhkan penyakit dari setiap orang yang mencarinya.

Pertapa suci ini tutup usia pada tahun 450 dalam usia sekitar seratus tahun.

Sumber: katakombe.org

Inspirasimu: Santo Frederikus : 18 Juli