Home BERITA Selamatta Sembiring: Agama Apa pun Menolak Hoaks

Selamatta Sembiring: Agama Apa pun Menolak Hoaks

Sekretaris Eksekutif Komsos KWI RD Kamilus Pantus (kiri) memberikan cendera mata kepada Direktur Pengelolaan dan Penyediaan Informasi Kominfo Selamatta Sembiring. (Mirifica.net)

150 anak muda hadir dalam kegiatan Literasi Media yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Konferensi Waligereja Indonesia di Aula Magna Wisma Unio Keuskupan Palangka Raya, Jumat (11/5/2018). Selain orang muda Katolik (OMK), beberapa mahasiswa Universitas Palangka Raya, para pastor dan suster meramaikan kegiatan yang bakal berlangsung hingga sore pkl 16.00 WIB.

“Literasi Media ini merupakan acara penting dalam rangkaian kegiatan Pekan Komunikasi Sosial Nasional Konferensi Waligereja Indonesia 2018 (PKSN-KWI). Terima kasih kepada para mahasiswi muslim dari Universitas Palangka Raya berkenan hadir memeriahkan acara ini. Semoga kita semua makin bijak bermedia sosial usai acara ini,”ujar Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI, Pastor Kamilus Pantus Pr, saat membuka kegiatan.

Direktur Pengelolaan dan Penyediaan Informasi Kominfo Selamatta Sembiring yang hadir dalam acara ini menyebutkan, anak-anak muda harus makin aktif dan eksis di media sosial. Bukan untuk ikut-ikutan menyebarkan kabar-kabar bohong melainkan menggeser kabar-kabar bohong dengan beragam konten yang bermanfaat dan positif. Karena itu, kominfo mengajak semua yang hadir ikut bersama pemerintah menggalakkan tagline #Genposting, generasi positive thingking.

Dalam agama apa pun, hoaks tetap tidak mendapat tempat karena masuk dalam perbuatan tercela, yakni berdusta.”Apalagi dalam Gereja Katolik,”ujar Selamatta.

Saat ini, kata Sembiring media sosial, setidaknya menurut data Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan diisi 90,30 persen oleh berita bohong, 21,60 persen informasi yang bersifat menghasut, dan 59 persen informasi tidak akurat. Konten negatif ini jelas berdampak pada persepsi masyarakat. Tak heran penelitian yang dilakukan LIPI menunjukan 86 persen mahasiswa dari lima perguruan tinggi ternama di Pulau Jawa menolak ideologi Pancasila.