Home KWI KOMSOS KWI Terus Menempah

Terus Menempah

Ketua Komisi KOMSOS Keuskupan Malang, Romo Eko Suprapto

MESKI ada kesan terlambat dalam memberdayakan kemampuan Orang Muda Katolik untuk trampil membuat video script dan dokumentasi, Komisi Komunikasi Sosial (KOMSOS) Keuskupan Malang tak akan pernah berhenti untuk memulai.

Pendapat itu disampaikan oleh Ketua Komisi Komunikasi Sosial (KOMSOS) Keuskupan Malang, Romo Eko Suprapto disela-sela kegiatan shooting pembuatan video script dan dokumentasi yang diselenggarakan di Wisma Retret Magdalena Postel, Kamis (10/3).

“Lebih baik terlambat daripada tidak pernah sama sekali,” ujar Romo Eko. Romo Eko berkeyakinan, Orang Muda Katolik di Keuskupan Malang saat ini sudah melek dengan media sosial. Namun ia tak menampik jika masih banyak orang Muda Katolik di Keuskupan Malang belum memiliki ketrampilan membuat video script dan dokumentasi.

“Secara teknis, saya melihat masih banyak orang Muda Katolik di Keuskupan Malang belum paham betul dengan cara dan proses membuat video script dan dokumentasi, termasuk video script dan dokumentasi tentang karya-karya Gereja,” katanya.

 

Menjadi kebutuhan

Padahal menurut Romo Eko, saat ini ada desakan akan  kebutuhan untuk mengabadikan berbagai kegiatan Gerejani, yang sayang kalau diabaikan begitu saja. “Ada banyak hal spesifik yang perlu diangkat seperti dalam penjelasan sebelumnya tidak hanya dalam bentuk dokumentasi tapi juga film, video klip, liputan dan renungan.”

Romo EKo berpendapat, workshop audio & Visual bagi OMK,UMK, dan Kelompok Kategorial lainnya seperti dari Lembaga Kesehatan dapat menjadi momentum tepat bagi Gereja Katolik di Keuskupan Malang untuk berpastoral di media sosial.

Ia pun menyebut realitas saat ini dimana dalam masyarakat Indonesia pada umumnya masih bersandar pada budaya lisan dan tulisan. Tetapi dengan meninggalkan era paperless, orang begitu terpesona pada penampilan seorang presenter wanita yang cantik atau presenter pria yang tampan,misalnya. Gambar-gambar yang ditampilkakn secara yang visual diakui lebih mudah mempengaruhi pikiran dan perasaan para penonton. Sehingga  dengan menggali kearifan lokal, apakah itu tari-tarian, dongeng atau pun juga kisah, Orang Muda Katolik dapat berpartisipasi membangkitkan kesadaran masyarakat untuk menghidupi nilai-nilai tertentu.

“Tentu saja, hal seperti itu juga dapat dilakukan dalam karya pastoral Gereja di Keuskupan Malang dimana  pesan Injil dapat dihadirkan  secara visual sehingga mampu menggugah pikiran dan perasaan siapa saja yang menyaksikannya,” demikian harapan Romo EKo yang sudah 14 tahun menjadi dosen mata kuliah Agama Katolik di Universitas Brawijaya Malang.

====================

Kredit Foto: Romo Eko Suprapto, Dokumentasi KOMSOS KWI.