Home Jendela Alkitab Harian Membangun Kesetiaan kepada Tuhan, Kamis 24 Juli

Membangun Kesetiaan kepada Tuhan, Kamis 24 Juli

Ilustrasi: Kesetiaan pada Tuhan (foto dari www.alianzachicureo.cl)

Seorang pemuda tampak riang. Ia bernyanyi sambil berjalan pulang ke rumahnya. Saat itu telah senja tiba, sementara badannya tampak lusuh dan penat. Hal ini menarik perhatian para tetangga.

Melihat suasana riang pemuda itu, seorang tetangga bertanya, “Ada apa? Kau tampak lelah, tetapi gembira?

Pemuda itu menjawab dengan enteng, “Kambing saya hilang. Ya, kambing saya yang paling gemuk tidak pulang.

Tetangga itu bertanya lagi, “Sudah kaucari?

Pemuda itu menjawab, “Tidak kutemukan, sampai capek aku mencari!

Merasa heran dengan situasi yang ada, tetangga itu bertanya lagi, “Tetapi, kenapa kau bernyanyi-nyanyi gembira?

Pemuda itu menjawab, “Ya, sebenarnya saya tidak begitu yakin, kambing itu sungguh hilang. Saya berharap, saya masih bisa menemukannya di semak-semak pinggir sawah itu.

Dalam dunia ini ada saja orang yang begitu lepas bebas menyikapi milik yang dipunyai. Kisah tadi menunjukkan bahwa pemuda itu tetap bersukacita meskipun kambing kesayangannya hilang. Ia sudah mencari dengan sekuat tenaga, tetapi hasilnya tetap nihil. Pilihan satu-satunya baginya adalah tetap bergembira. Bahkan ia bernyanyi sebagai ungkapan kegembiraannya itu. Ia tidak mau membebani diri dengan kesedihan yang mendalam.

Sikap seperti ini merupakan sikap orang yang beriman sejati. Orang beriman itu orang yang tidak terlalu melekatkan dirinya pada barang-barang duniawi. Ia memiliki sikap lepas bebas terhadap harta dunia itu. Karena itu, orang seperti ini tetap bersukacita meskipun suatu ketika miliknya yang berharga itu lepas dari tangannya.

Dalam salah satu pengajaran-Nya, Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk tidak terlalu melekat pada mamon atau barang-barang duniawi. Mengapa? Karena mamon itu dapat binasa dan hilang lenyap. Mamon itu tidak bisa dipertahankan kekalannya. Karena itu, murid-murid-Nya mesti memiliki sikap lepas bebas terhadap barang-barang duniawi.

Orang beriman itu orang yang tidak mengabdikan hidupnya kepada barang-barang kepunyaannya. Tetapi orang beriman itu orang yang membaktikan hidupnya pada Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dengan cara ini, orang beriman itu tetap setia kepada Tuhan yang diimaninya. Barang-barang kepunyaannya boleh saja hilang, tetapi hatinya mesti semakin tertambat pada Tuhan.

Untuk itu, orang beriman mesti senantiasa memupuk kesetiaannya kepada Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu memberikan sukacita yang kekal. Hanya Tuhan yang mampu membahagiakan hidup manusia. Mari kita tingkatkan kelekatan kita kepada Tuhan. Dengan demikian, kebahagiaan senantiasa menjadi bagian dari hidup kita.

Ilustrasi: Kesetiaan pada Tuhan (foto dari www.alianzachicureo.cl)